Paradoks Efek Sajadah - Amaq Solah
News Update
Loading...

Thursday, May 23, 2019

Paradoks Efek Sajadah



Banyak fenomena dalam ibadah yang menarik untuk diulas. Salah satunya adalah bagaimana sajadah menimbulkan paradoks jika dilihat dari efek penggunannya. Jika dimaknai secara filosofis, sajadah bisa berarti suatu simbol kerendahan diri dan penyerahan diri atau penghambaan kepada Allah.

Ini dilihat dari fungsinya sebagai alat yang digunakan sebagai alas tempat kepala bersujud, dimana saat bersujud antara kaki yang berada pada posisi terbawah sejajar dengan kepala yang berada pada posisi tertinggi. Namun bukan berarti pemaknaannya relatif saat ia berlaku sebagaimana fungsinya. Artinya, makna yang terkandung di dalamnya bukan hanya saat dipakai. Meski tidak dipakai bersujud, tetap saja ia menggambarkan makna sebagaimana adanya.

Makna kerendahan diri dan penghambaan adalah lawan kata dari keangkuhan, egois, merasa paling berhak dan paling superior. Berangkat dari makna tersebut, seharusnya ketika berada diatas sajadah maka sifat-sifat buruk tersebut segera kita buang jauh-jauh hingga kemudian kita bisa tulus menghambakan diri di dalam ibadah yang akan kita lakukan.

Namun fenomena sebaliknya sering terjadi, ketika sajadah justru menjadi pemicu munculnya sifat angkuh, egois, merasa paling berhak dan paling superior ketika shalat berjamaah. Ukuran sajadah yang lebih besar dari aturan shaf mengharuskan melipat sajadah. Banyak orang kemudian enggan melipat sajadah karena merasa haknya adalah selebar sajadah yang ia punya. Padahal, aturan shaflah yang mengatur ukuran sajadah, bukan sebaliknya.

Pada akhirnya, sajadah sebagai simbol kerendahan hati dan penghambaan diri berubah menjadi alat pemicu munculnya sifat-sifat egois, kengkuhan, merasa paling benar dan paling superior.  

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done