Puasa Ramadhan bisa menjadi subyek sekaligus menjadi obyek
dalam konteks habits kita
sehari-hari. Ia menjadi subyek ketika dengannya kita mampu merubah kualitas
sebuah habits menjadi lebih baik. Lebih
baik dalam arti setelah puasa terdapat habits
yang secara signifikan terjadi perubahan. Misalkan sebelum puasa kita tidak
terbiasa shalat malam setelah shalat isya, maka setelah melewati Ramadhan, kita
menjadi terbiasa. Maka subyek disini secara khusus adalah shalat tarawih.
Shalat tarawih hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Meski ada
yang melaksanakannya dengan 20 atau 8 rakaat, tetapi saya bisa pastikan jumlah
tersebut jauh lebih banyak disbanding shalat kita sebelum Ramadhan. maka dengan
jumlah yang begitu banyak dikali dengan jangka waktu yang cukup lama (sekitar
30 hari), maka akan dengan sendirinya membentuk sebuah kebiasaan baru setelah Ramadhan
berlalu.
Namun disini, saya sengaja tidak menyebutkan beberapa
argumentasi pendukung misalnya berupa
hasil riset terhadap perubahan habits
yang disebabkan oleh sebuah aktifitas baru yang dikerjakan dalam kurun waktu
yang sudah ditentukan. Saya lebih memilih untuk menyerahkan kepada
masing-masing diri kita. Karena terkait hal itu, beberapa riset memiliki hasil
yang berbeda meski pada intinya sama, yakni butuh momentum bepuluh-puluh hari
untuk menciptakan habits baru. Oleh karenanya saya berfikir kenapa tidak kita
mencobanya saja sendiri.
Selanjutnya, Ramadhan sebagai subyek akan mendorong sebuah
perubahan baru, namun sebagai obyek ia justru menjadi indikator kualitas ibadah
kita. Saya ambil contoh shalat Tarawih lagi. Pemandangan yang biasa kita lihat
saat Ramadhan adalah kebiasaan “buka tutup”. Ramai Tarawih di awal, semakin
lama semakin surut dan akan banyak lagi menjelang Ramadhan berakhir.
Hal itu yang saya yakini sebagai indikator kualitas ibadah
kita. Jangan-jangan ibadah yang kita jalani selama ini memang sebatas ritual
yang “habis perkara” setelah dikerjakan. Atau secara psikis kita memang tidak memiliki
konsistensi setiap melakukan aktifitas. Dengan bahasa yang sederhana,Ramadhan
adalah sebuah cermin, seperti apa dan bagaimana rupa kita saat Ramadhan, maka
begitulah wajah kita sebenarnya di luar bulan tersebut. Bahkan bisa jadi lebih
daripada itu.