Golongan Plin-Plan - Amaq Solah
News Update
Loading...

Sunday, May 19, 2019

Golongan Plin-Plan



Seperti dalam ulasan sebelumnya, puasa adalah momentum dimana kita bisa belajar untuk pembiasaan terhadap ibadah kita. Sehingga diharapkan setelah Ramadhan kita terbiasa melakukan ibadah-ibadah tersebut. Namun tidak semua kita bisa melaluinya dengan maksimal (sehingga berefek pada pembiasaan tersebut). Malah lebih banyak diantara kita justru berguguran di tengah jalan.

Indikasinya bisa kita saksikan. Dari luas keramik masjid yang menyempit di awal Ramadhan, semakin pertengahan (seperti sekarang ini) semakin tampak lebih luas. Sayup-sayup suara bacaan Al-Quran di Masjid yang biasanya beragam, menjelang pertengahan Ramadhan menjadi monoton.

Sebaliknya, suara petasan mulai semakin ramai. Pasar, Mall dan Pertokoan semakin sesak. Menu-menu jajanan lebaran semakin membanjiri media sosial. Semua itu kemudian menjelma menjadi simbol atau identitas pengenal dari bulan Ramadhan. Makna ibadah hanyalah sekedar klise.

Padahal saya sendiri tidak meyakini kita ini kaum pemuja simbol. Namun tidak tepat juga saya katakan kita adalah penikmat makna. Saya justru yakin kita ini, seperti kata Sujiwo Tejo,  termasuk golongan plin-plan. Kita senang memuja-muja simbol disaat ia sekedar pelengkap makna. Namun kita sengaja acuh tak acuh saat makna sama pentingnya dengan simbol.

Menjelang Lebaran misalnya, seakan menjadi dosa besar disaat tidak memiliki pakaian yang baru. Mentang-mentang agama memerintahkan untuk memakai semua yang baru. Padahal tak perlu berfikir lama untuk menemukan makna “baru” sebagai hati yang baru, ibadah yang baru, prilaku yang baru, dan fikiran yang baru. Di lain sisi, sudah lazim kita saksikan betapa banyaknya kita dengan entengnya melawan rambu-rambu lalu lintas. Bukankah itu simbol? Simbol yang sama pentingnya dengan maknanya.


Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done