Apa yang biasanya terfikir oleh kita ketika mendengar kata
toilet? Biasanya yang terlintas dikepala kita adalah bau, kotor, tempat
membuang kotoran, jorok, najis, dsb. Memang tidak semua berfikir demikian,
tetapi sebagian besar akan menyetujuinya. Namun ada satu hal yang perlu kita
ketahui tentang toilet. Dengan banyak kesan negatifnya tersebut, toilet justru
bisa menjadi tempat latihan kerendahan hati. Misalnya dengan mencoba secara volunteer membersihkan toilet umum, salah
satunya toilet masjid.
Disini, kerendahan hati yang saya maksud bukan kerendahan
hati yang semu, yakni menjadikan kondisi orang lain sebagai sebuah penderitaan
yang patut dikasihani. Misalnya mencoba membersihkan toilet agar (berendah
hati) merasakan penderitaan tukang bersih toilet. Padahal, tidak ada satupun
yang bisa menjamin kalau tukang bersih toilet tidak lebih bahagia daripada
non-tukang bersih toilet.
Lagipula, kerendahan hati yang didasarkan atas rasa
kasihan justru merupakan bentuk lain dari merasa diri lebih beruntung dan lebih
baik. Bukankah itu juga bagian dari keangkuhan?
Kerendahan hati yang ingin saya sampaikan ialah kerendahan
hati yang terbebas dari belenggu keangkuhan, keegoisan, menganggap diri paling
benar dan paling superior. Rendah hati bisa berarti ketulusan, kasih sayang,
dan menghargai. Dalam hal ini, mungkin membersihkan toilet tidak serta merta
merubah orang secara signifikan, akan tetapi paling tidak ada sedikit
penyadaran setelah melakukannya.
Kalau bukan karena kebutuhan biologis (yang biasanya
cenderung mendesak), mungkin kita akan enggan berada ditempat itu, alih-alih
disuruh membersihkannya. Selain karena setiap kita tidak suka mencium bau,
biasanya juga kita merasa tidak pantas mengerjakannya. Perasaan angkuh kita
biasanya akan muncul. Mungkin kita akan mengatakan “ah aku tidak pantas berada
ditempat rendahan ini”. Apalagi bagi orang yang sudah memiliki sederet
embel-embel gelar dan jabatan. Maka akan semakin keras penolakannya, “masak
kuliah tinggi-tinggi, dapat gelar berderet, jabatan tinggi terus aku mesti
mengerjakan pekerjaan ini? Apa kata dunia?”
Beberapa bisikan hati seperti itu biasanya menjadi indikator
hati yang masih angkuh. Sebaliknya, dengan terbiasa melakukannya, biasanya
perasaan angkuh itu akan hilang. Karena saat kita melakukannya biasanya kita
akan tersadar bahwa gelar dan sebagainya itu tidak ada artinya. Yang paling
berarti adalah kebaikan yang kita buat. Meski hanya sekedar membersihkan
toilet, namun dengan begitu kita sudah menciptakan kebaikan kepada orang lain.
Bukankah sebuah kebaikan membuat orang senang dan nyaman melakukan hajatnya?
Maka selanjutnya, jika kesadaran itu terus kita bawa, kita
tidak akan angkuh dengan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain
hanya karena kita memiliki gelar lebih, jabatan tinggi, harta melimpah. Kita
akan selalu beroirentasi terhadap manfaat dan kebaikan, dan itu adalah salah
satu ciri hati yang rendah.
Jadi, agar lebih yakin terhadap apa yang saya sampaikan,
cobalah menjadi volunteer untuk
membersihkan toilet masjid. Cobalah beberapa kali, jangan hanya sekali. Saya
sendiri,pun pernah mencobanya. 😁