Latihan Rendah Hati dengan Toilet - Amaq Solah
News Update
Loading...

Saturday, May 25, 2019

Latihan Rendah Hati dengan Toilet



Apa yang biasanya terfikir oleh kita ketika mendengar kata toilet? Biasanya yang terlintas dikepala kita adalah bau, kotor, tempat membuang kotoran, jorok, najis, dsb. Memang tidak semua berfikir demikian, tetapi sebagian besar akan menyetujuinya. Namun ada satu hal yang perlu kita ketahui tentang toilet. Dengan banyak kesan negatifnya tersebut, toilet justru bisa menjadi tempat latihan kerendahan hati. Misalnya dengan mencoba secara volunteer membersihkan toilet umum, salah satunya toilet masjid.

Disini, kerendahan hati yang saya maksud bukan kerendahan hati yang semu, yakni menjadikan kondisi orang lain sebagai sebuah penderitaan yang patut dikasihani. Misalnya mencoba membersihkan toilet agar (berendah hati) merasakan penderitaan tukang bersih toilet. Padahal, tidak ada satupun yang bisa menjamin kalau tukang bersih toilet tidak lebih bahagia daripada non-tukang bersih toilet. 

Lagipula, kerendahan hati yang didasarkan atas rasa kasihan justru merupakan bentuk lain dari merasa diri lebih beruntung dan lebih baik. Bukankah itu juga bagian dari keangkuhan?

Kerendahan hati yang ingin saya sampaikan ialah kerendahan hati yang terbebas dari belenggu keangkuhan, keegoisan, menganggap diri paling benar dan paling superior. Rendah hati bisa berarti ketulusan, kasih sayang, dan menghargai. Dalam hal ini, mungkin membersihkan toilet tidak serta merta merubah orang secara signifikan, akan tetapi paling tidak ada sedikit penyadaran setelah melakukannya.

Kalau bukan karena kebutuhan biologis (yang biasanya cenderung mendesak), mungkin kita akan enggan berada ditempat itu, alih-alih disuruh membersihkannya. Selain karena setiap kita tidak suka mencium bau, biasanya juga kita merasa tidak pantas mengerjakannya. Perasaan angkuh kita biasanya akan muncul. Mungkin kita akan mengatakan “ah aku tidak pantas berada ditempat rendahan ini”. Apalagi bagi orang yang sudah memiliki sederet embel-embel gelar dan jabatan. Maka akan semakin keras penolakannya, “masak kuliah tinggi-tinggi, dapat gelar berderet, jabatan tinggi terus aku mesti mengerjakan pekerjaan ini? Apa kata dunia?”

Beberapa bisikan hati seperti itu biasanya menjadi indikator hati yang masih angkuh. Sebaliknya, dengan terbiasa melakukannya, biasanya perasaan angkuh itu akan hilang. Karena saat kita melakukannya biasanya kita akan tersadar bahwa gelar dan sebagainya itu tidak ada artinya. Yang paling berarti adalah kebaikan yang kita buat. Meski hanya sekedar membersihkan toilet, namun dengan begitu kita sudah menciptakan kebaikan kepada orang lain. Bukankah sebuah kebaikan membuat orang senang dan nyaman melakukan hajatnya?

Maka selanjutnya, jika kesadaran itu terus kita bawa, kita tidak akan angkuh dengan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain hanya karena kita memiliki gelar lebih, jabatan tinggi, harta melimpah. Kita akan selalu beroirentasi terhadap manfaat dan kebaikan, dan itu adalah salah satu ciri hati yang rendah.

Jadi, agar lebih yakin terhadap apa yang saya sampaikan, cobalah menjadi volunteer untuk membersihkan toilet masjid. Cobalah beberapa kali, jangan hanya sekali. Saya sendiri,pun pernah mencobanya. 😁 

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done