Mabit dan Kegagalan Perintah Utama - Amaq Solah
News Update
Loading...

Sunday, May 26, 2019

Mabit dan Kegagalan Perintah Utama



suatu ketika setelah selesai shalat jumat, seorang pengurus masjid mengumumkan tentang sebuah gerakan keagamaan yang dinamakan gerakan shalat subuh berjamaah. Ia menyampaikan bahwa gerakan  tersebut diadakan karena melihat kondisi kekinian umat islam yang semakin hari semakin jauh dari masjid untuk shalat berjamaah wabilkhusus shalat subuh secara berjamaah di Masjid. Mendengar itu, saya cukup senang walau di saat yang sama juga pesimis. Pesimis dengan memperhatikan realitas yang berbeda.

Tidak bisa dinafikan bahwa gerakan-gerakan  seperti itu tentunya memiliki orientasi yang positif. Namun jangan lupa, gerakan tersebut berangkat dari kesadaran akan masalah dari suatu realitas atas suatu perintah agama yang utama, yang biasanya tidak tercapai. Dalam hal ini gerakan shalat subuh berjamaah sebagai contoh, diadakan karena tidak tercapainya perintah shalat berjamaah secara umum, termasuk di dalamnya adalah shalat subuh berjamaah itu sendiri.  Andai perintah shalat berjamaah secara umum ( dari subuh, sampai isya) berhasil;dengan kategori mayoritas anggota masyarakat melakukannya, maka sudah pasti gerakan-gerakan demikian tidak akan ada.

Contoh lain adalah program Malam Bina Iman dan Taqwa yang sering disingkat MABIT. Mabit biasa diadakan oleh pelajar dan mahasiswa. Mabit diisi dengan kegiatan bangun malam, salat tahajud, salat taubat, salat hajat, salat istikharah, salat tasbih, dan salat witir. Dimana kegiatan-kegiatan tersebut notabene-nya adalah anjuran umum agama. Namun disebabkan ketidakmampuan kita melaksanakannya sehari-hari, terfikirlah untuk mencetuskan kegiatan (MABIT) tersebut.

Begitupun jika dihubungkan dengan konteks saat ini, dimana kita sedang menjalankan puasa Ramadhan. dimana dalam bulan ini juga ada salah satu perintah (anjuran) agama yang sangat mirip dengan kegiatan MABIT tersebut, Biasa kita kenal dengan I’tikaf. Dengan keberadaannya pada bulan yang memiliki pra-kondisi yang sangat memungkinkan untuk meningkatkan ibadah;bulan Ramadhan biasanya memiliki atmosfer yang terkesan beda dengan bulan yang lain(lebih kompromistis), sehingga I’tikaf jauh lebih ampuh untuk meningkatkan iman dan takwa kita.

Untuk kedua hal tersebut, saya tidak menghadap-hadapkan keduanya. Perlu kita ingat bahwa I’tikaf sendiri merupakan anjuran agama langsung, sedang Mabit adalah sebuah inisiasi yang diadakan sekarang. Dan seperti saya katakan sebelumnya, seringkali gerakan-gerakan yang semisal dengan Mabit tersebut justru merupakan indikator kegagalan perintah utama agama.

Dalam hal ini, saya ingin katakan bahwa jika seandainya I’tikaf benar-benar total kita lakukan selama Ramadhan, mungkin saja kita tidak membutuhkan apa yang kita sebut dengan Mabit, karena I’tikaf sendiri sudah menjadi “sekolah” untuk pendidikan kebiasaan terhadap bangun malam, salat tahajud, salat witir, dsb. Namun jika I’tikaf ini gagal “mendidik” kita, maka akan sangat mungkin menjadi penyebab munculnya kegiatan Mabit, bahkan kegiatan-kegiatan lain yang serupa dengannya.

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done