Buka bersama atau yang sering disingkat Bukber adalah sebuah
tradisi mengakhiri puasa secara berjamaah. Saya sendiri tidak begitu tahu
tentang akar historis dari Bukber tersebut. Namun sepintas, bisa kita simpulkan bahwa tradisi tersebut adalah sebagai ajang menyambung
silaturrahim bersama keluarga, sahabat, rekan kerja, dsb. Akan tetapi, dilihat
dari motivasi individu yang menghadiri aktifitas tersebut, maka bisa kita
simpulkan beberapa hal yang melatar belakangi orang termotivasi mengikutinya.
Pertama, ada orang yang memang benar-benar ingin bukber
dikarenakan ingin menyambung silaturrahim. Ia termotivasi melakukannya karena
ingin mengamalkan anjuran agama terkait dengan silaturrahim. Misalnya salah
satu Hadits yang mengatakan “ Tidaklah
masuk surga orang yang suka memutus(tali silaturrahim)”.
Selanjutnya, orang yang bukber karena takut dikatakan cuek, tidak
peduli, suka melupakan teman, dan takut dijauhi. Orang yang seperti ini mungkin
kesannya sedikit negatif, padahal sebenarnya dalam konteks bukber orang seperti
ini memiliki beberapa sisi positif. Perasaan tidak ingin dikatakan cuek, tidak
peduli, dsb tersebut timbul justru karena ada rasa simpati. Ia tidak ingin
mengecewakan orang lain dengan tidak menghadiri undangan bukbernya. Ia berusaha
dengan semaksimal mungkin meluangkan waktunya agar tetap bisa menghadiri
bukber, bahkan jika perlu mengorbankan acara bukber dengan orang-orang
terdekatnya.
Kemudian ketiga, orang yang sekedar ikut-ikutan. Ia pada
dasarnya tidak memiliki alasan-alasan prinsip yang menjadi landasan
keputusannya mengikuti acara bukber tersebut. Atau orang yang demikian, secara
psikis, hanya suka kumpul-kumpul. Baginya yang penting bisa ikut dalam
keramaian. Orang yang demikian menurut ilmuan disebut dengan istilah Psychology Crowded. Ia biasanya suka
keramaian, sehingga tidak membutuhkan alasan logis untuk bergabung dalam sebuah
kelompok. Lebih jauh, orang yang demikian cenderung merasa lebih percaya diri
terhadap dirinya ketika berada dalam kelompok.
Terakhir, ada yang ikut bukber sekedar ingin melanggengkan
eksistensi. Di zaman digital ini, eksis di media sosial sudah menjadi
kebutuhan. Semua hal dimanipulasi sebagai bukti eksistensi. Dari aktifitas
kerja, makan, jalan-jalan, bahkan ibadah sudah menjadi pemenuhan kebutuhan
eksistensi tersebut. Tak terkecuali buka bersama.
Bagi golongan terakhir ini,
bukber bukan sekedar menjalankan hadits (silaturrahim) Nabi, menghargai teman,
atau sekedar ikut-ikutan, akan tetapi ia dengan sengaja menyiapkan dirinya
hadir bukber agar mendapatkan bahan pemenuhan kebutuhan eksistensinya. Jika
prinsip Descartes itu “aku berfikir, maka aku ada, (cogito,ergo sum)”, maka golongan ini berprinsip “aku
narsis, akupun ada”. Nah, jika kita punya teman bukber yang sibuk foto-foto dan
sibuk nongkrongin sosmed, bisa jadi
ia berada pada golongan terakhir ini.he