Menebak Motivasi Orang Ikut Bukber - Amaq Solah
News Update
Loading...

Thursday, May 23, 2019

Menebak Motivasi Orang Ikut Bukber



Buka bersama atau yang sering disingkat Bukber adalah sebuah tradisi mengakhiri puasa secara berjamaah. Saya sendiri tidak begitu tahu tentang akar historis dari Bukber tersebut. Namun sepintas, bisa kita simpulkan bahwa tradisi tersebut adalah sebagai ajang menyambung silaturrahim bersama keluarga, sahabat, rekan kerja, dsb. Akan tetapi, dilihat dari motivasi individu yang menghadiri aktifitas tersebut, maka bisa kita simpulkan beberapa hal yang melatar belakangi orang termotivasi mengikutinya.

Pertama, ada orang yang memang benar-benar ingin bukber dikarenakan ingin menyambung silaturrahim. Ia termotivasi melakukannya karena ingin mengamalkan anjuran agama terkait dengan silaturrahim. Misalnya salah satu Hadits yang mengatakan “ Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus(tali silaturrahim)”.

Selanjutnya, orang yang bukber karena takut dikatakan cuek, tidak peduli, suka melupakan teman, dan takut dijauhi. Orang yang seperti ini mungkin kesannya sedikit negatif, padahal sebenarnya dalam konteks bukber orang seperti ini memiliki beberapa sisi positif. Perasaan tidak ingin dikatakan cuek, tidak peduli, dsb tersebut timbul justru karena ada rasa simpati. Ia tidak ingin mengecewakan orang lain dengan tidak menghadiri undangan bukbernya. Ia berusaha dengan semaksimal mungkin meluangkan waktunya agar tetap bisa menghadiri bukber, bahkan jika perlu mengorbankan acara bukber dengan orang-orang terdekatnya.

Kemudian ketiga, orang yang sekedar ikut-ikutan. Ia pada dasarnya tidak memiliki alasan-alasan prinsip yang menjadi landasan keputusannya mengikuti acara bukber tersebut. Atau orang yang demikian, secara psikis, hanya suka kumpul-kumpul. Baginya yang penting bisa ikut dalam keramaian. Orang yang demikian menurut ilmuan disebut dengan istilah Psychology Crowded. Ia biasanya suka keramaian, sehingga tidak membutuhkan alasan logis untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Lebih jauh, orang yang demikian cenderung merasa lebih percaya diri terhadap dirinya ketika berada dalam kelompok.

Terakhir, ada yang ikut bukber sekedar ingin melanggengkan eksistensi. Di zaman digital ini, eksis di media sosial sudah menjadi kebutuhan. Semua hal dimanipulasi sebagai bukti eksistensi. Dari aktifitas kerja, makan, jalan-jalan, bahkan ibadah sudah menjadi pemenuhan kebutuhan eksistensi tersebut. Tak terkecuali buka bersama. 

Bagi golongan terakhir ini, bukber bukan sekedar menjalankan hadits (silaturrahim) Nabi, menghargai teman, atau sekedar ikut-ikutan, akan tetapi ia dengan sengaja menyiapkan dirinya hadir bukber agar mendapatkan bahan pemenuhan kebutuhan eksistensinya. Jika prinsip Descartes itu “aku berfikir, maka aku ada, (cogito,ergo sum)”, maka golongan ini berprinsip “aku narsis, akupun ada”. Nah, jika kita punya teman bukber yang sibuk foto-foto dan sibuk nongkrongin sosmed, bisa jadi ia berada pada golongan terakhir ini.he

Share with your friends

Give us your opinion

4 comments

Mantap. Dapat pencerahan dari makna Bukber. Terimakasih atas tulisannya Amaq Sholah 👍👍

Siaap Panglima Ned...Thanks sudah membaca dan komen.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done