Agama Simbol - Amaq Solah
News Update
Loading...

Monday, May 20, 2019

Agama Simbol




Simbolistik dalam beragama memang menarik untuk diperhatikan. Meski bisa jadi, itu justru adalah prilaku yang dilestarikan oleh pribadi kita sendiri. Simbolistik berarti formalistik. Praktik agama adalah salah satu sarana pencarian makna terhadap nilai kebenaran yang kita yakini, melalui tata-cara praktik keagamaan yang cenderung formal atau simbolistik. Jika praktik keagamaan kita hanya sampai pada hal-hal yang simbolistik tersebut, maka itu berarti ia hanya sampai pada penggunaan sarana, tetapi tidak ada jaminan pencapaian terhadap tujuan sebenarnya.

Dalam praktik ibadah seperti puasa saat ini, begitu banyak simbol yang kita temukan disekeliling kita. Malah, beberapa obyek konsumtif seringkali menjadi yang terdepan ambil bagian menjadi simbol keberagamaan tersebut. Agama memang potensial untuk dimanipulasi menjadi kapital demi meraup keuntungan materil. Ini yang, lebih jauh, seringkali mengecoh kita mencapai tujuan praktik keagamaan kita.

Menjelang Ramadhan misalnya, sirup , kurma, pakaian muslim, dan lain sebagainya sudah menjadi penanda akan kedatangan Ramadhan itu sendiri. Ketupat sudah lazim menjadi simbol akan kedatangan lebaran. Maka dalam praktiknya, tidak heran kita disajikan pemandangan-pemandangan akan semua itu. Penyiar TV, artis, dsb menjelang ramadhan mendadak menggunakan pakaian muslim. Toko-toko yang sebelumnya tidak menyediakan kurma, mendadak seperti pedagang arab yang komoditinya didominasi kurma. apalagi menjelang Lebaran, gambar ketupat bertebaran dimana-mana.

Disini, tentu saya tidak sedang mengolok-olok simbol tersebut. Justru sebaliknya, saya ingin mengajak kita untuk melestarikannya karena ia disaat yang sama adalah sebagai khazanah yang membedakan kita dengan ummat Islam di lain tempat. Ketupat misalnya, ia sudah menjadi tradisi turun-temurun dalam penggunaannya sebagai simbol Lebaran. Aslinya, tentu ia adalah barang konsumsi. Di hari biasa ia tetap ada, Hanya saja masyarakat mengkonsumsinya secara merata saat lebaran tiba. Ini awal dimana kemudian ketupat menjadi simbol hari raya Lebaran.

lebih jauh, ketupat kemudian membawa nilai filosofisnya sendiri. Seiring dengan itu, lebaran adalah hari dimana kita saling memaafkan, dan tali mempererat silaturrahim. Maka sebagai simbol, ketupat pun dimaknai sebagai representasi makna lebaran itu sendiri;Simbol memaafkan dan simbol menyambung silaturrahim.

Simbol inilah yang saya maksudkan sebagai sarana, sarana mendapatkan makna, sarana menyerap esensi. Sehingga setiap apa yang kita lakukan (praktik keberagamaan) akan lebih berarti. Dengan begitu, tujuan dari perbuatan (praktik keberagamaan) kita akan tercapai. Jangan sampai yang terjadi sebaliknya, ketupatnya melimpah, namun masih tidak saling sapa dengan saudara sendiri. Sarana kemudian berubah menjadi tujuan. Yang didapat bukan makna keberagamaannya, tapi simbol keagamaannya. Simbol menjadi agama, agama menjadi simbol.



Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done