Menjalani Aktifitas Rohani - Amaq Solah
News Update
Loading...

Wednesday, May 8, 2019

Menjalani Aktifitas Rohani



Puasa di bulan Ramadhan seperti yang sama-sama kita ketahui adalah salah satu ibadah yang wajib dikerjakan oleh ummat Islam. Kata ‘ibadah’ secara harfiah diartikan sebagai penghambaan. Maka puasa tidak boleh dipandang hanya sebatas aktifitas fisik saja. Ia tidak terbatas pada sekat-sekat manfaat fisik,hanya sebatas pengganti metode diet. Namun jauh melampui itu, puasa adalah aktifitas rohani guna menemukan esensi tertinggi sebagai hamba Allah swt. 

Itulah sebabnya Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya mengingatkan bagi siapapun yang menjalankan puasa hanya sekedar menahan makan dan minum maka tiada lain yang didapatkan kecuali lapar dan haus. Ini isyarat, bahwa pemaknaan puasa mesti diletakkan sebagai benar-benar sebuah aktifitas rohani.

Nabi sendiri dalam perjalanan hidupnya banyak memberikan tauladan bagaimana akftitas rohani dijalankan melalui puasa. Jamak kita dengar bagaimana beliau sampai mengikat batu-batu di perutnya untuk menahan rasa lapar. bukan karena beliau tak mampu mendapatkan makanan, tetapi karena beliau ingin memberikan tauladan bahwa menahan untuk tidak mengisi perut adalah bagian dari salah satu aktifitas rohani.

Sebab perut, seperti kata kaum sufi adalah sumber dari syahwat, sumber dari dorongan untuk hanya memuasi kebutuhan badan;entah kebutuhan makan,kebutuhan seksual, dan berbagai macam kebutuhan lainnya, yang bisa membuat kita lupa dari kebutuhan rohani kita. Untuk itulah penting kiranya dalam aktifitas rohani untuk mengosongkan perut, agar badan tidak lagi punya kekuatan penuh untuk mendorong kita melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan, dan agar tersisa ruang yang lebih besar bagi dimensi rohani kita beroperasi.

Meski demikian, bukan berarti kita tidak butuh makan. Dalam konteks puasa sebagai aktifitas rohani, makan hanya sekedar penyambung kehidupan agar lebih bisa menambah tenaga menjalaninya. Seperti yang dilakukan oleh Nabi, berbekal sebutir kurma dan air putih, sudah cukup bagi beliau sebagai menu buka puasa. 

Sangat jauh berbeda dengan kondisi kita, rasa lapar berakhir saat matahari terbenam, setelah itu boleh dilampiaskan dalam rupa ragam dan jenis pemenuhannya. Tak cukup hanya dengan kurma dan air putih, nasi, lauk pauk, kolak dan sebagainya masuk ke dalam perut. Ironisnya,seketika itu juga puasa berubah dari ibadah menjadi modus untuk pemuasan nafsu makan dan sebagainya.

Sudah saatnya puasa kita jadikan sebagai aktifitas rohani saat ibadah yang lain sudah menjadi sebatas rutinitas tanpa adanya nilai spiritual. Tiga puluh hari adalah ‘starting point’ untuk kita mulai menata ibadah ritual menjadi aktifitas rohani, karena ia sekaligus akan menjadi garansi untuk kualitas ibadah-ibadah setelahnya. Bagus puasa kita, akan semakin mungkin ibadah yang lainnya ikut bagus.

Share with your friends

Give us your opinion

1 comments

Amazing๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done