Mudik Ramadhan - Amaq Solah
News Update
Loading...

Monday, May 27, 2019

Mudik Ramadhan



Bagi seorang perantau, mudik adalah moment yang paling dinanti-nantikan. Setelah sekian lama menjalani hidup di tanah rantauan, ia dapat kembali melihat rumah dia berasal. Bertemu dengan orang tua, saudara-saudara, dan teman kampung. Meski hanya sebentar, namun kesempatan itu cukup untuk memberikan jeda dari kepenatan kerja,tuntutan target yang tak berujung, dan ambisi perburuan kebutuhan materil.

Disaat yang sama, mudik juga sekaligus mengobati rasa rindu yang menumpuk, dahaga ingin bercengkrama, berbagi sedih dan canda tawa. Dan yang paling penting adalah mempertemukan hati yang sudah lama meronta ingin bertemu. Namun semua itu akan terwujud apabila kita jauh-jauh hari mempersiapkan diri. Menyisihkan uang untuk membeli tiket, bekal perjalanan, dan oleh-oleh.

Dan saat ia terwujud, kita pun tidak menyianyiakannya. Kita tidak melakukan perbuatan yang justru berdampak sebaliknya. Kita jaga tutur kata dan prilaku kita agar tidak menyinggung dan menyakiti keluarga dan sahabat yang kita temui. Dengan begitu, terobatilah rindu itu, dan hilanglah dahaga ingin bercengkrama itu. Lalu setelah itu, hidup menjadi lebih ringan. Kita merasa lebih siap untuk kembali menghadapi hiruk pikuk dunia kerja.

Jika dibayangkan, sebenarnya mudik tepat jika menjadi analogi bulan Ramadhan sendiri (secara kebetulan, tradisi mudik sendiri adalah bagian dari salah satu tradisi yang ada di bulan Ramadhan). Setelah sebelas bulan kita jauh dariNya yang justru membuat jiwa kita haus untuk “bertemu” denganNya, “bercengkrama” bersamaNya. Maka Ramadhan menjadi moment yang tepat untuk berhenti sejenak, meletakkan sebentar kepenatan urusan dunia itu, lalu menambah intimasi bersamaNya.

Sedangkan untuk mewujudkan tujuan “mudik” Ramadhan itu, tentulah kita mesti menjaga hati, lisan dan prilaku kita. Hal ini yang sebenarnya menjadi intinya, sehingga setelah kita kembali ke hiruk pikuk perburuan dunia, jiwa kita lebih ringan, lebih optimis dan semangat dalam mengumpulkan perbekalan yang cukup. Karena jauh setelah itu, kita sadar, sebagai perantau, suatu saat akan ada waktunya “mudik” dan tidak akan pernah kembali “merantau” lagi.

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done