Bagi seorang perantau, mudik adalah moment yang paling
dinanti-nantikan. Setelah sekian lama menjalani hidup di tanah rantauan, ia
dapat kembali melihat rumah dia berasal. Bertemu dengan orang tua,
saudara-saudara, dan teman kampung. Meski hanya sebentar, namun kesempatan itu
cukup untuk memberikan jeda dari kepenatan kerja,tuntutan target yang tak
berujung, dan ambisi perburuan kebutuhan materil.
Disaat yang sama, mudik juga sekaligus mengobati rasa rindu
yang menumpuk, dahaga ingin bercengkrama, berbagi sedih dan canda tawa. Dan
yang paling penting adalah mempertemukan hati yang sudah lama meronta ingin
bertemu. Namun semua itu akan terwujud apabila kita jauh-jauh hari
mempersiapkan diri. Menyisihkan uang untuk membeli tiket, bekal perjalanan, dan
oleh-oleh.
Dan saat ia terwujud, kita pun tidak menyianyiakannya. Kita
tidak melakukan perbuatan yang justru berdampak sebaliknya. Kita jaga tutur
kata dan prilaku kita agar tidak menyinggung dan menyakiti keluarga dan sahabat
yang kita temui. Dengan begitu, terobatilah rindu itu, dan hilanglah dahaga
ingin bercengkrama itu. Lalu setelah itu, hidup menjadi lebih ringan. Kita
merasa lebih siap untuk kembali menghadapi hiruk pikuk dunia kerja.
Jika dibayangkan, sebenarnya mudik tepat jika menjadi
analogi bulan Ramadhan sendiri (secara kebetulan, tradisi mudik sendiri adalah
bagian dari salah satu tradisi yang ada di bulan Ramadhan). Setelah sebelas
bulan kita jauh dariNya yang justru membuat jiwa kita haus untuk “bertemu”
denganNya, “bercengkrama” bersamaNya. Maka Ramadhan menjadi moment yang tepat
untuk berhenti sejenak, meletakkan sebentar kepenatan urusan dunia itu, lalu
menambah intimasi bersamaNya.
Sedangkan untuk mewujudkan tujuan “mudik” Ramadhan itu,
tentulah kita mesti menjaga hati, lisan dan prilaku kita. Hal ini yang
sebenarnya menjadi intinya, sehingga setelah kita kembali ke hiruk pikuk
perburuan dunia, jiwa kita lebih ringan, lebih optimis dan semangat dalam
mengumpulkan perbekalan yang cukup. Karena jauh setelah itu, kita sadar,
sebagai perantau, suatu saat akan ada waktunya “mudik” dan tidak akan pernah
kembali “merantau” lagi.