(Mungkin) Ini Tentang Cinta - Amaq Solah
News Update
Loading...

Friday, May 17, 2019

(Mungkin) Ini Tentang Cinta




Bahasan kali ini terdengar sangat sederhana, biasa, dan dibahas oleh semua orang di atas muka bumi ini. Meski sekilas sederhana akan tetapi ia menyimpan segala makna yang misterius, yang justru membuat saya pribadi sempat ragu apakah cukup pantas membahasnya atau tidak. Betapa tidak, jika saya tetap lanjut, berarti saya akan mencoba bersaing bersama para pujangga, ahli tafsir, ilmuan, cendekia, kaum sufi, dsb. Satu-satunya alasan yang pantas adalah bahwa ia bersifat subyektif dirasakan oleh setiap orang, meski tidak semua orang mampu menjelaskannya, karena seperti kata sebagian orang, sekedar merasakannya jusru lebih baik daripada menjelaskannya dengan kata. Itulah cinta.

Segala pencarian dalam perjalanan manusia seringkali berakhir pada pencarian cinta. Dalam khazanah Tasawuf misalnya, dari empat tingkatan ilmu tentang ketuhanan;Makrifat (pengenalan), Musyahadah (penyaksian), Mukasyafah (Terbuka tirai), dan yang terakhir adalah Mahabbah (cinta). Bahkan dalam khazanah yang berbeda seperti dalam agama selain islam, cinta menjadi puncak tertinggi dalam pencapaian praktik-praktik  keagamaannya. Namun disini, tentu tidak cukup untuk mengulasnya.

Kembali ke khazanah Tasawuf, salah satu tokoh sufi yang paling terkenal dengan konsep “cinta”nya adalah Jalaluddin Rumi. Bagi Rumi, cinta adalah kekuatan magnetic yang dengan sendirinya akan akan saling menarik dengan yang dicintainya. Sedangkan sumber dari magnet kita adalah Tuhan. Maka kita akan selalu tertarik dengan sendirinya menuju Tuhan. Namun demikian, perjalanan menuju (cinta)Nya, seringkali menemui hambatan. Dalam hal ini, hambatannya adalah nafsu kita sendiri. Oleh sebab itu kita harus mampu menyingkap hambatan itu agar mampu menemui Tuhan.

Dalam syairnya, Rumi berkata:

Tugasmu bukan mencari
Cinta,
Tapi hanya mencari
Semua halangan dalam dirimu
Yang kau bangun tuk
Melawannya.
Hawa nafsu!

Oleh sebab itu, bagi Rumi, kita perlu memusatkan kembali mata batin kita sehingga lepas dari perhatian duniawi hingga akhirnya kita bisa bermakrifat dengan Allah. Dan hal itu bisa ditempuh melalui aktifitas yang dinamakan Riyadhoh, yang berarti latihan. Maka selanjutnya, Rumi kemudian menciptakan sebuah model Riyadhoh dalam bentuk tari yang berputar-putar.

Cinta bagi Rumi adalah cinta kepada Tuhan. Itulah cinta sejati, tidak pernah lekang oleh waktu, Selain itu adalah sementara atau fana. Maka untuk menggapai kesejatian cinta, kita mesti menempuh sendiri jalan menujuNya (suluk).

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done