Tidak
ada suatu perintah dari Allah yang Allah dan malaikatnya turut mengerjakannya,
kecuali sholawat. Kita diperintah untuk mengerjakan Shalat, puasa, berhaji,
tetapi Allah tidak pernah mencontohkannya. Beda dengan sholawat, Allah sendiri
yang terlebih dahulu memberikan contoh baru kemudian memerintahkan kita untuk
melakukannya.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikatnya bersholawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya”(QS33:56)
Jika kita
lihat dari perspektif cinta, sesungguhya Sholawat adalah bagian dari ekspresi
cinta. Tanpa teori pun, kita akan faham bahwa seseorang akan selalu
menyebut-nyebut seseorang yang dicintainya. Maka pada dasarnya ayat perintah
bersholawat diatas bisa kita maknai sebagai tuntunan bagaimana mengekspresikan
cinta kita kepada nabi dalam bentuk ungkapan kata.
Kita bisa
lihat kemudian bagaimana ulama-ulama terdahulu mengungkapkan kecintaannya
kepada Nabi melalui sholawat dan melahirkan karya-karya bacaan sholawat. Syaikh
Ahmad At-Tazi al-Magribi menciptakan Sholawat Nariyah, Syaikh Mahmud Khalil
Al-Husshari melahirkan Sholawat
Tarhim, Syaikh M. Zainuddin Abdul Madjid menciptakan Sholawat Nahdlatain, dan
masih banyak lagi ulama-ulama yang menciptakan bacaan sholawat sebagai ekspresi
cintanya kepada Nabi saw.
Demikianlah, selain memang perintah Allah, bersholawat
juga bagian dari ekspresi cinta kita kepada Nabi saw. Sudah seharusnya kita
memperbanyak mengamalkannya. Meski memang diliain sisi, sholawat sendiri juga memiliki
keutaman yang begitu banyak. Salah satunya seperti yang disebutkan di dalam
hadits Nabi saw:
”Barangsiapa
yang mengucapkan sholawat kepadaku satu kali maka Allah akan bersholawat
baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta
ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”
Lebih-lebih di bulan Ramadhan
ini dimana semua amal ibadah dilipat gandakan, maka tentu keutaman bersholawat
akan semakin berlipat-lipat ganda. Semakin banyak kita bersholawat di bulan
ini, semakin banyak pula keutamaan yang akan kita dapatkan.
Akan tetapi
bagi seorang pencinta, hatinya akan selalu terpaut dengan Nabi. Lalu dengan
sendirinya menyebut-nyebut nama Nabi melalui lantunan sholawat yang tiada
putus. Ia tidak melihat berapa balasan yang akan didapatkan. Karena mencintai berarti
terlepas dari kata pamrih.Yang ia tahu hanyalah keterpautan untuk selalu
mengingat yang dicinta. Persis seperti kata Rumi bahwa cinta adalah energi magnetik
yang akan terus menerus menarik kita untuk mendekat kepada yang kita cintai.