Jamak kita ketahui bahwa setan adalah makhluk yang
diciptakan Allah untuk menggoda manusia agar terjebak dalam kesesatan. Dalam sejarahnya,
diceritakan bahwa kakek buyutnya yang bernama iblis telah dikutuk oleh Allah karena
kesombongannya tidak menghormati Adam. Setelah dikutuk dan dibuang dari surga,
ia meminta satu permintaan yang dikabulkan oleh Allah yakni akan selalu
menggoda manusia agar menuju jalan kesesatan sehingga jauh dariNya.
Sejak saat itu, sang setan resmi didaulat menjadi common enemy bagi manusia. Meski demikian, mungkin sudah tabiat manusia,
bahwa ketika memiliki common enemy, maka biasanya ia akan selalu menjadikannya
kambing hitam terhadap salah dan dosa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dia
mencuri, salah setan. Dia berzina, yang salah setan juga. Dan terus menerus
begitu.
Akan tetapi, Tentu disini saya tidak sedang membela si
setan. Saya hanya ingin kita memahami lebih jauh tentang siapa dan apa itu makhluk
yang bernama setan. Karena jika kita sudah mendaulatnya sebagai musuh, sudah
selayaknya kita mengetahuinya lebih jauh. Bukankah dalam strategi perang, mengenal
siapa musuh kita adalah salah satu cara mengalahkannya?
Lanjut. Memahami setan sebagai common enemy seharusnya
bukan hanya sebagai sesuatu “yang lain”, yakni yang di luar dari diri kita.
Karena ternyata, setan bisa saja berada dalam diri kita sendiri. Jika kita
mamahami bahwa misi utama setan adalah penyesatan, mungkinkah itu berarti
setiap yang menyesatkan kita adalah setan? Jika demikian, tidak ada yang lebih tepat
disebut setan dalam diri kita selain kebodohan.
Kebodohan ibarat kegelapan. Ia menutupi penglihatan kita
untuk mencari jalan yang benar. Maka ketika dalam kegelapan, yang kita butuhkan
adalah cahaya. Dengan cahaya, kita akan melihat jalan-jalan yang benar untuk
meraih keselamatan diri kita. Disini, cahaya itu adalah ilmu. Artinya, jika
kita ingin melawan setan yang bernama kebodohan, satu-satunya cara adalah
memiliki ilmu.
Mungkin itulah sebabnya dalam islam, menuntut ilmu itu
hukumnya wajib. Rasulullah saw bersabda yang artinya “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah” (H.R Ibnu
Majah). Dari hadits ini, seakan Rasulullah ingin mengatakan “tuntutlah ilmu
karena ia adalah senjatamu melawan setan, setan yang bernama kebodohan!”
Akan tetapi mungkin sebagian kita akan berkata “banyak kok
orang yang berilmu justru sesat menyesatkan”. Disini, kita perlu fahami bahwa
ilmu itu luas. Mungkin saja ia hanya memiliki cahaya (ilmu) yang mampu
membawanya ke satu pintu kebenaran, tetapi belum mampu mampu membawanya lebih
jauh pada pintu kebenaran yang lain seperti pintu kebijaksanaan.
Maka dari itu, kita sepantasnya untuk terus menerus menuntut
ilmu bahkan sampai ajal menjemput. Seperti yang telah disabdakan Rasulullah saw
yang artinya “tuntutlah ilmu itu semenjak dalam buaian hingga ke liang lahat”. Hadits
ini seolah mengingatkan kita bahwa usaha melawan setan (kebodohan) adalah longlife journey;perjalanan(usaha) seumur hidup.