Suatu ketika Napoleon Bonaparte pernah berkata “There are no
bad soldier, only bad officer”(Kartini Kartono:2014). Meski tidak sepenuhnya
benar, tetapi kita bisa mengambil pelajaran bahwa pada dasarnya kebaikan dan keburukan sebuah pasukan
tergantung seberapa baik dan buruk pemimpinnya. Ini menunjukkan betapa
strategisnya peran seorang pemimpin terhadap yang dipimpinnya. Meski terkadang
pasukan yang dipimpinnya tidak terlalu baik, jika seorang pemimpin memiliki
karakter yang baik dan kemampuan yang hebat maka pasukan yang dipimpinnya
cenderung akan mengikuti.
Namun jika pemimpinnya memiliki perangai buruk dan
kemampuan yang tidak memadai, maka pasukannya pun akan terpengaruh menjadi
demikian. Ini sesuai dengan sebuah ungkapan “pasukan kambing yang dipimpin oleh
seeokor singa jauh lebih hebat dari pasukan singa yang dipimpin oleh seekor
kambing”.
Pemimpin memang sangat menentukan bagaimana perjalanan
sebuah kelompok atau organisasi. Banyak teori-teori kepemimpinan yang lahir dari
harapan-harapan mendapatkan pemimpin yang ideal. Namun pada faktanya, sejarah
membuktikan bahwa sesungguhnya tidak ada pemimpin yang benar-benar mampu
mengisi daftar tipe-tipe kepemimpinan secara sempurna.
Akan selalu ada sisi
kurang dari seorang pemimpin tersebut, dibalik semua kelebihan yang dimiliki.
Apalagi jika terminannya adalah kepuasan personal dari setiap individu yang
dipimpinnya. Untuk itu, pembahasan tentang kepemimpinan boleh saja secara terus
menerus berbicara tentang daftar “kesempurnaan” itu, akan tetapi pada
kenyataannya penting kiranya membatasi diri pada domain “kebutuhan organisasi”
dan hubungannya dengan tipe kepemimpinan yang layak untuk itu.
Sejalan dengan itu, saya ingin mengulas sedikit tentang kepemimpinan
ESC dengan tipe pemimpin yang dibutuhkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh pemimpin ESC masa depan: 1. Memiliki modal bahasa inggris yang baik, 2. Memiliki
semangat belajar yang tinggi, 3. Memahami sejarah ESC, 4. Memahami citizenship ESC, 5. Fokus, 6. Menguasai administrasi
dengan baik, dan 7. Visioner. Ketujuh kategori tersebut bisa menjadi bahan
pertimbangan untuk dijadikan syarat pemilihan pemimpin bagi para anggota yang
nantinya akan menyampaikan hak-hak suaranya pada saat Members Meeting. Untuk
memperjelas makna dari kategori tersebut, berikut saya jelaskan satu persatu
dari kategori tersebut.
1. Memiliki modal bahasa inggris
UKM ini didirikan diatas cita-cita
akselerasi kemampuan berbahasa Inggris para anggotanya. Oleh sebab itu penting
kiranya bagi para pemimpin ESC memiliki modal bahasa inggris. Untuk memiliki
modal tersebut tentunya mereka sudah melalui dinamika proses belajar yang tidak
mudah.
Dengan demikian, itu akan cukup membantu mereka memahami dinamika
pengajaran bahasa inggris kepada anggotanya. Sehingga mereka akan mengetahui hal-hal
apa saja yang sekiranya penting dibutuhkan dalam kerangka program kerjanya.
Selain itu secara simbolis, mereka adalah representasi dari organisasi tersebut
yang jelas-jelas konsen dalam pengembangan bahasa inggris. Apa jadinya jika
pemimpinnya sendiri tidak mampu (minimal) berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
2. Memiliki semangat belajar yang tinggi
Saya memahami kondisi setiap pengurus baru
yang kadang sedikit bingung tentang bagaimana menjalankan tugas dan tanggung
jawab di masing-masing pos-pos struktural mereka. Meski terkadang mereka
sendiri pernah mengemban tanggung jawab sebelumnya menjadi pengurus. Ini wajar
saja menurut saya. Dalam hal ini yang paling dibutuhkan adalah semangat belajar
yang tinggi. Dengan durasi waktu yang cukup singkat (hanya 1 tahun) maka mereka
mesti menjadi fast learner.
Tidak
bisa tidak, untuk menjadi fast learner mereka
harus memiliki semangat belajar yang tinggi. Dengan begitu tentunya mereka akan
mencari sumber-sumber belajar yang tepat;konsultasi dengan Pembina, diskusi
bersama senior, membaca buku,dsb. jika tidak demikian, maka satu tahun akan
terlewati hanya dengan trial and error saja.
3. Memahami sejarah ESC
Saya tidak hanya berharap calon-calon
pemimpin masa depan ESC memahami sejarah organisasi tersebut. Lebih dari itu
mereka mestinya mampu menyerap nilai-nilai baik dan pelajaran berharga darinya.
Sehingga dengan pijakan sejarah itu mereka mampu menatap masa sekarang dengan
inovasi-inovasi yang mampu membuat ESC lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Dengan begitu pula mereka tidak perlu khawatir akan disrupsi ESC ketika
mereka melakukan inovasi-inovasi tersebut.
4. Memahami citizenship ESC
Sudah mafhum
kiranya jika salah satu jargon ESC adalah “We are family” yang berarti
bahwa kekeluargaan sangat diutamakan di organisasi ini. Sejauh ini jargon
tersebut sudah mampu diaktualisasikan sehingga berefek kepada rasa nyaman dalam
berinteraksi dan bekerjasama menyelesaikan tanggung jawab bersama. Kekeluargaan
yang dibangun ini adalah sesuai dengan salah satu resep yang diberikan oleh Tim
Leberecht[i]
yang disebut intimacy.
5. Fokus
Dalam KBBI salah satu arti fokus adalah
memusatkan perhatian. Ini berarti para calon pemimpin masa depan ESC harus
mampu memusatkan perhatian terhadap agenda-agenda organisasi. Tidak terganggu
oleh sesuatu di luar tanggung jawab tersebut. Salah satu caranya adalah
menentukan skala prioritas dari setiap tanggung jawabnya. Dengan begitu penyelesasian
tugas-tugas tersebut akan lebih terarah.
Prioritas itu sendiri adalah indikator
tingkat kefokusan. Semakin sedikit prioritas maka semakin tinggi tingkat ke-fokus-an.
Namun jika prioritas itu banyak, maka pada dasarnya kita tidak fokus karena
semua menjadi prioritas yang berarti semua harus dikerjakan pada waktu yang
bersamaan. Ada kata-kata bijak yang mengatakan “If you have more than three priorities, you have no priority”.
6. Menguasai administrasi dengan baik
Organisasi tidak mungkin berjalan dengan
baik jika manajemennya tidak sehat. Sedangkan manajemen yang sehat ditentukan
oleh administrasi yang baik. Ini berarti administrasi yang baik tersebut adalah
akar bagaimana sebuah kepemimpinan tercipta. Apakah akan menjadi baik atau
buruk, tergantung bagaimana baiknya administrasinya. Maka dari itu tidak ada
alasan bagi pemimpin-pemimpin ESC untuk tidak menguasai ilmu administrasi.
7. Visioner
Sebuah organisasi boleh saja berjalan seperti
yang diharapkan atau sesuai target dan standar-standar yang sudah ditetapkan.
Akan tetapi jika para pemimpinnya tidak memiliki sifat visioner maka organisasi
tersebut tidak akan pernah mengalami progress.
Malah yang terjadi semakin lama organisasi tersebut akan stagnan dan pada
akhirnya akan mengalami kemunduran.
Itulah beberapa poin yang saya pandang penting diperhatikan
oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin di UKM ESC.
Terakhir, saya ingin
mengkomfirmasi kata-kata “Pemimpin” yang banyak saya pakai dalam bentuk
jamaknya yakni “Pemimpin-pemimpin/para pemimpin”, ini karena saya meyakini
bahwa pemimpin dalam makna yang sebenarnya adalah “sebuah fungsi” bukanlah
jabatan/posisi[ii].
Sehingga dalam anggapan saya bahwa setiap individu di ESC disebut pemimpin
diukur dari seberapa baik dia menjalankan fungsinya, dan siapapun berpeluang
untuk itu.
[i] ted.com
[ii] Ini sesuai dengan apa yang
telah dikatakan TGB dalam salah satu wawancaranya yang mengatakan bahwa
kepemimpinan itu adalah soal fungsi bukan soal jabatan atau posisi.