Beberapa malam yang lalu saya mengikuti sebuah diskusi yang
bertema “Nalar kemanusiaan Al-Quran” yang diselenggarakan oleh Kopi Revolusi,
sebuah forum diskusi yang diinisisasikan oleh sahabat saya, Dani. Kopi Revolusi sendiri sudah berlangsung lama
dan kebanyakan mengangkat tema-tema ‘berat’. Bagi saya sendiri, sangat menyukai
forum-forum seperti itu. Adapun pada kesempatan itu yang menjadi pematerinya
adalah Syamsul Wathani M.Ag, seorang dosen tafsir di STAI Darul Kamal Kembang Kerang Lombok Timur.
Lanjut. Ada beberapa poin yang saya bisa tangkap selama
mengikuti diskusinya. Sudah barang tentu ini hanyalah hasil sintesa saya
pribadi, pasti terjadi perbedaan penyimpulan dengan peserta yang hadir.
Beberapa diantaranya adalah:
1. Orang yang membaca Al Quran itu seharusnya bukan
hanya membaca biasa pesannya saja, tetapi juga membaca tanda-tanda kekuasaanNya
melalui pesan tersebut. Ini yang kemudian dimaksud dengan “Tafakkur” lalu
“amal”.
2. Saat Al Quran diturunkan, ia langsung vis a
vis dengan konteks; idealitas ilahiyah
vis a vis realitas insaniyah.
3. Kondisi Arab dulu terjebak dalam sosiologi
sempit:berkubu-kubu. Dalam teori Negara, jika masyarakat sudah terbagi dalam
kubu-kubu (terpolarisasi) maka potensi konflik akan sangat tinggi.
4. Dalam perspektif psikologi, salah satu
keberhasilan Nabi adalah mampu merubah emosi manusia Arab menjadi lebih tepat.
Seperti yang diceritakan sejarah bahwa prilaku masyarakat Arab bukan hanya immoral bahkan lebih dari itu over-immoral, yakni melampui batas.
Penyaluran emosi iniliah yang kemudian oleh Nabi diarahkan ke arah yang lebih
tepat.
5. Firman Allah yang berbunyi “Atii ullah wa atiiurrasul waulil amri minkum”, pada kata “waulil amri minkum” tersebut maknanya
lebih kepada “pemimpin” duniawi. Jadi tugas seorang pemimpin (contoh: pemimpin
Negara) lebih kepada pelayanan yang terkait langsung dengan masalah keduniawian.
6. Rasulullah adalah tokoh revolusioner tersukses
di dunia karena beliau mampu merevolusi sebuah peradaban hanya dalam waktu 25
tahun. Karena waktu 25 tahun dalam
sejarah manusia adalah sejarah revolusi tersingkat di dunia. Hebatnya itu
dilakukan hanya dengan Al Quran.
7. Yang perlu diingat adalah bahwa tidak mungkin
melakukan revolusi tanpa terlebih dahulu memiiki nalar kemanusiaan.
8. Perbedaan antara mazhab Muktazilah dengan Asy-Ariyah
atau sering disebut dengan Ahlussunnah wal Jamaah adalah kalau muktazilah
meletakkan akal diatas iman sedangkan Asy-Ariyah meletakkan iman diatas akal
lalu menggunakan keduanya.
9. Hikmah Al Quran diturunkan di malam hari adalah
agar nabi lebih maksimal berfikir. Ini ada kaitannya tentunya dengan penggunaan
akal dalam memahami wahyu. Disebutkan pula beberapa kali dalam al Quran untuk
kita menggunakan akal dalam memikirkan pesan-pesan ilahiyah yang terdapat di
dalam Al Quran itu sendiri.
10. Dalam teori agama, semua agama lahir dari
kegelisahan.
11. Perbedaan humanisme barat dengan Islam adalah,
kalau humanism barat hanya bersandar pada akal saja, sedangkan humanisme Al
Quran itu bersandar pada iman dan akal. Jadi untuk memahami al Quran harus
menggunakan hati dan fikiran. Hati tempatnya iman dan fikiran tempatnya akal.
Hati dibagi menjadi 3 menurut ulama:
a. Lubb :
Hati yang paling dalam
b. Fuad :
Hati yang lebih dekat dengan akal
c. Qulub :
hati
Akal sendiri disebut dengan istilah Shudur.
12. Kalau mendapatkan masalah, tidak bisa
diselesaikan dengan akal saja tetapi harus dengan hati. Jika hanya menggunakan
akal maka cenderung menjadi stress dan frustasi. Sedangkan jika kita
menggunakan hati maka akan lebih tenang karena hanya hati yang bisa berlaku
tawakkal. Jadi seberat apapun masalah yang dihadapi jika diserahkan kepada hati
maka akan terselesaikan. Ini sedikit menjawab poin 11.
13. Islam kaffah yang disebutkan di dalam al Quran
itu bermakna kita sadar akan kesalahan kita dan ingin terus menerus
memperbaikinya.
14. Kalau kita ingin memahami al Quran maka wajib
dengan perangkat-perangkatnya. Kata syaikh Al-Bantani, jika orang memahami
Al-Quran tanpa ilmu maka seolah-olah
mereka membaca al Quran tetapi al Quran menjauhinya.
15. Beda dalil dengan dalih. Dalil kurvanya itu dari
atas kebawah (instruksi) tetapi kalau dalih kurvanya itu dari bawah ke atas
(eksekusi). Maksudnya disini adalah kebanyakan di zaman sekarang banyak orang
asal mengutip al Quran sebagai alat legitimasi pendapatnya padahal ia sama
sekali tidak memiliki ilmu al Quran (ilmu bukan hafalan). Alih-alih menjadi
dalil, ayat yang digunakan justru menjadi dalih (pembenaran agar kepentingan
pribadinya bisa diraih).
16. Sehubungan dengan hal tersebut, banyak ditemukan
orang-orang yang menggunakan ayat al Quran sebagai dalih salah satunya yang
banyak berseliweran di media masa belakangan ini. Padahal ia sama sekali tidak
memiliki ilmu al Quran, dan untuk memahami ilmu al Quran yang sangat luas,
butuh waktu yang sangat panjang.
17. Belajar virtual itu sebenarnya sah-sah saja.
Tetapi salah satu kekurangan terbesarnya adalah alpanya ia dari adab. Padahal
ilmu agama wabil khusus al Quran
termanifestasikan melalui adab. Lihatlah Nabi, beliau mengajarkan al Quran
sambil meneladani hikmahnya kepada para sahabat sehingga sahabat bisa langsung
memperaktikkan adab tersebut. Dalam khazanah keislaman ini yang disebut dengan
keberkahan dalam ilmu.
18. Definisi wahyu adalah “angin yang cepat”. Jadi
wahyu itu bukan kata ataupun suara.
Itulah beberapa poin yang saya dapatkan
setelah mengikuti diskusi “nalar kemanusiaan Al Quran”. Mungkin ada yang
berfikir, kenapa poin-poin tersebut terkesan tidak koheren, saya jawab itu karena
point point tersebut murni hasil penyimpulan saya yang saya rekam langsung
ketika pembicara sedang menjelaskan. Baik ketika menjelaskan isi slide atau
menjawab pertanyaan.
Namun dalam beberapa poin diatas saya coba
tambah sedikit dengan sintesa saya meski tidak jauh dari apa yang disampaikan
oleh pemateri. Adapun beberapa poin yang saya anggap masih ambigu-seperti poin
18- insya Allah saya akan Singgung di tulisan berikutnya.