Tahun 2019 dan Kesan Saya Kepada Pegiat Literasi, Seni, dan Sastra Lombok Timur. - Amaq Solah
News Update
Loading...

Wednesday, January 1, 2020

Tahun 2019 dan Kesan Saya Kepada Pegiat Literasi, Seni, dan Sastra Lombok Timur.



Beberapa hal yang saya pelajari dari kawan-kawan yang bergelut di bidang literasi, seni dan sastra Lombok Timur: ketekunan, produktifitas, kreatifitas, dan sportifitas.

ketekunan. Jika anda memiliki daya dukung yang lengkap dan serba ada, mungkin tidak terlalu mengherankan jika anda bisa tekun melakukan sesuatu. Tetapi justru kebanyakan dari mereka yang saya temui adalah sebaliknya. Daya dukung berupa fasilitas, finansial, dan sumber-sumber lainnya seringkali serba berkekurangan.

Namun hal itu tidak sampai membuat mereka cepat menyerah. Pelan tapi pasti, mereka terus bergerak dan menuntaskan latihan-latihan, diskusi-diskusi, dan pencapaian pencapaiannya. Bagi saya, inilah ketekunan yang sebenarnya.

Produktifitas. Meski secara sepintas kehidupan mereka mungkin terlihat amburadul, tak terurus dengan pakaian yang tak bisa rapi dengan rambut gondrong kemana-mana, soal produktifitas bisa jadi anda harus belajar banyak kepada mereka.

Prinsip mereka bukanlah kerja, kerja, kerja, tetapi karya, karya, karya. Maka tak heran jika anda berada dilingkaran mereka maka anda akan sering mendengar mereka saling melempar pembicaraan tentang proyek apa yang sedang mereka garap dan proyek apa saja yang telah mereka selesaikan. Tetapi bukan proyek jalan tol lo ya, Ini proyek seni.

Sebagai contoh, dalam bidang sastra misalnya, salah satu anggota sanggar Narariawani yang bernama Eyok el-Abrori sudah menerbitkan dua buah judul buku sekaligus di tahun 2019 dan bisa di order mulai 2020 ini. Ini yang masih yunior, tak terhitung jumlahnya kalau yang senior dan alumninya.

Dalam bidang lainnya seperti seni pertunjukan misalnya, anggota-anggota sanggar yang lain selalu eksis latihan dan pentas. Jika ada momentum sedikit, mereka tak urung memanfaatkannya untuk tampil. Inilah yang saya saksikan sejak beberapa bulan lalu ikut nimbrung dalam aktifitas mereka.

Terakhir yang saya ikuti adalah kegiatan Romantic night move yang diadakan pada penghujung malam tahun 2019 semalam. Kegiatan yang diadakan di halaman kantor Akaliris ini dihajatkan sekaligus untuk menyambut tahun baru. Kegiatan inipun tetap berjalan dengan maksimal sesuai yang direncanakan meski harapan peserta/penonton tidak terpenuhi.



Ada Winda yang menampilkan monolog body talk. Ia tampil dengan totalitas, tak sedikitpun terpengaruh dengan kuantitas penonton yang bisa dihitung dengan jari. Penampilannya yang mengagumkan membuat saya teringat dengan akting Joaquin Phoenix ketika memerankan karakter Joker yang begitu khas dengan tertawa pesakitannya. Secara kebetulan Winda memerankan karakter perempuan pesakitan yang bunuh diri sebagai akibat kebejatan lelaki yang telah meninggalkannya.



Selanjutnya, kreatifitas. Nilai ini selalu saya saksikan pada mereka. Misal setiap pementasannya, atau karya-karya tulisnya, mereka selalu menyajikan sesuatu yang baru. Atau paling tidak mengemas sesuatu yang lama menjadi lebih segar untuk dinikmati.

Memang sudah sewajarnya nilai ini ada pada setiap pegiat seni dan sastra. Tetapi terlepas dari itu, kita yang non-pegiat-nya bisa mengambil nilai-nilai itu. Tetapi jujur saya katakan, anda mungkin tidak bisa merasakannya dan meresapi nilai itu jika anda tidak mencoba nimbrung bersama mereka, barang sekali dua kali.

Yang paling unik dari mereka adalah sportifitasnya. Pada malam romantic night move yang diselenggarakan tadi malam, para pegiat itu memberikan kesannya satu sama lain. Tak terkecuali kesan mereka saat berbeda pandangan.

Ada saudara Isak Harry yang pertama melontarkan kesannya kepada pak Yus,seorang dosen seni di Universitas Hamzanwadi. Saudara Harry menyampaikan bagaimana ia kurang sejalan dalam beberapa pandangan dengan pak Yus. Namun demikian ia tetap terkesan dengan karya-karya dan aktifitas kesenian yang terus dilakukan olehnya.

Sekelebat cerita itu yang mampu saya tangkap saat ikut menikmati suasana sederhana nan romantis itu. Meski secara pribada saya sendiri sedari awal sudah membaca cara mereka berinteraksi satu sama lain. Sejauh yang saya saksikan, bagaimanapun tajam perbedaan mereka, tetapi jika karya orang lain itu memang bagus, mereka tetap mengakuinya dan memberikan apresiasi dan support. Paling nampak dengan saling menghadiri pentas masing-masing, atau membeli dan membaca karya satu sama lain.

Nilai-nilai inilah kemudian yang menjadi pemacu saya untuk mulai belajar berkarya yakni karya tulis, meski saat ini masih jatuh bangun. Namun saya bersyukur bahwa tahun 2019 ini saya rasakan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tentu ini juga berkat kebaikan bang Ages dan saudara Isak Harry sebagai sesama Founder Akaliris.id yang telah mengajak saya bergabung mengelola dan berkegiatan di Akaliris dan mempertemukan saya dengan berbagai sosok penuh karya.


Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done