Menulis di Negeri Jiran - Amaq Solah
News Update
Loading...

Friday, February 7, 2020

Menulis di Negeri Jiran



Jika mencari sesuatu yang special dari apa yang saya ceritakan mungkin anda tidak akan menemukannya, karena apa yang saya ceritakan biasa-biasa saja dibandingkan dengan pengalaman orang lain. Lihat saja, sudah banyak kisah-kisah perjalanan beasiswa yang lebih menarik, lebih menantang;ada kisah mereka di tanah Eropa, Amerika, Mesir, dll. Sementara Malaysia? Mungkin satu yang membedakannya, karena cerita ini bukanlah cerita para TKI yang mana sudah dipandang rendah, hina dina untuk diabadikan.

Anda gak percaya? Saya sudah membuktikannya. Tanpa menyebut lebih dulu bahwa saya adalah awardee beasiswa atau secara lebih singkat bahwa saya mau pergi “sekolah” ke Malaysia, setiap orang, ya.. setiap orang yang saya temui pasti langsung men-djuge bahwa saya akan pergi bekerja di kebun kelapa sawit. Meski secara tampang sudah bisa dipastikan tak mendukung (maklum badan saya kurus dan kecil.he ).

Tetapi mau gimana lagi, itu sudah menjadi kosmologi masyarakat Lombok, NTB-saya tidak tahu-mungkin juga Indonesia, bahwa pergi ke Malaysia berarti bekerja sawit. Mungkin kosmologi seperti itu terbentuk dari rentetan panjang sejarah masyarakat kita (baca:Lombok) bahwa Malaysia adalah tujuan merantau utama bagi mereka. Berbagai kisah tersaji setelah pulang dari sana tidaklah mengenakkan. Inilah yang meninggalkan jejak kisah yang mungkin asal mula konotasi “Malaysia” identik dengan “sawit”.

Sayapun mulai mem-biasa dengan tanggapan setiap orang-yang jikalau saya kasih tahu bahwa saya mau ke Malaysia-bahwa saya akan pergi “njujuk”[1] sawit. Biar begitu saya tidak mau menahan keadaan sebenarnya bahwa saya adalah pelajar. Dengan nada yang tegas dan sedikit kepercayaan diri saya menjawab bahwa saya akan pergi belajar. Bukan sombong lo ya. Tujuan saya semata ingin meyakinkan orang bahwa bangsa sasak orang Lombok pergi ke negeri Jiran itu tidak mesti selamanya menjadi pekerja sawit.

Inilah sedikit alasan mengapa saya mesti menyampaikan semacam permakluman dulu sebelum menulis “sikik demi sikik” perjalanan saya selama berada di negeri Jiran ini. Kata orang menulis adalah mengabadikan diri, maka tak lebih demikianlah keinginan saya, ingin mengabadikan diri sendiri. Perjalanan hidup yang menurut saya patut saya abadikan. Sebuah koleksi foto bisa saja bercerita lebih kronologis, tetapi kata-kata akan lebih cepat membangkitkan rasa. Rasa yang suatu saat akan membuat serpihan rindu menjadi bulir-bulir airmata saat membacanya.

ah sudahlah, gak usah terlalu panjang “mukaddimah”nya ntar keburu saya jadi sastrawan.he. ini dululah.

Malaysia, hari ke 7, 07 February 2020 ditemani lagu Endmesh hanya rindu (cover oleh felix) dan dikelilingi kawan-kawan yang sedang merindu.he



[1] Njujuk adalah bahasa sasak yang berarti “memetik” (ini arti terdekatnya menurut saya karena saya belum menemukan kata lain dalam bahasa Indonesia yang sesuai) dengan mendorong buah.

Share with your friends

Give us your opinion

2 comments

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done