Fikiran Mapan (Ramadhan covid-19_04) - Amaq Solah
News Update
Loading...

Tuesday, April 28, 2020

Fikiran Mapan (Ramadhan covid-19_04)



Dalam sesi sebelumnya saya pernah menyampaikan bahwa rutinitas itu menjebak dan meracuni. Namun saya tidak dalam rangka membahasnya disini. Saya hanya ingin mengatakan bahwa bukan hanya rutinitas yang bisa meracuni, fikiran yang mentok, mapan pada satu titik, bisa jadi mengelabui dan diam-diam membunuh. Bukankah agama menganjurkan untuk senantiasa memperbaharui iman? Apalagi fikiran!

Fikiran yang mapan biasanya mempersepsikan sesuatu hal selalu benar seperti sediakala sejak pertama kali diyakini benar. Ini terus berlangsung, apalagi fikiran ini mendatangkan efek yang nampak. Seseorang yang meyakini bahwa hidup harus memasang target pada setiap step-step kehidupannya, akan menganggap hal itu selalu benar lebih-lebih jika nampak hasil dari keyakinannya tersebut. Ia enggan beranjak untuk sekedar menanyakan apakah semua itu sesuai di segala waktu dan tempat dan untuk semua hal.

Dalam konteks Ramadhan misalnya, sejak awal banyak sekali berseliweran info grafik cara mengatur target-target bacaan sehingga bisa menghabiskan 30 juz daripada Al-Quran. Saya hafal betul isi info grafik ini sehingga membuat saya setiap tahun memasang target ini. Ini bukanlah sesuatu yang salah. Saya hanya ingin mengatakan bahwa cara-cara yang menurut kita mungkin baik tetapi jika difikir-fikir lagi belum tentu selamanya benar;sesuai waktu, kondisi, situasi, dan subyeknya.

Lebih ngeri lagi dalam bayangan saya jika fikiran-fikiran yang menjelma menjadi prinsip itu kita tidak kritis memilahnya apakah ia sesuai dalam segala domain. Jangan-jangan selama ini kita tak pernah memilahnya dan memasukkannya dalam segala domain kehidupan kita;kehidupan berekonomi,kehidupan beragama, kehidupan berpolitik,dan sebagainya. Sehingga hal itu menjadi bias. Padahal bisa saja dalam urusan ekonomi memasang target misalnya adalah salah satu yang bagus untuk mengendalikan pengeluaran, namun ternyata tidak selalu bagus dalam urusan agama kita. Tersebab kehidupan agama tidak selalu menuntut kuantitas tetapi juga kualitas.

Kita boleh saja memasang target dengan apik agar selama puasa kita bisa menyelesaikan 30 jus al-Quran. Tetapi alangkah baiknya sesekali kita bertanya, bagaimana jika kita menyelasaikan 30 jus Al Quran namun tidak satupun laba kita peroleh dari segi pemahaman kita terhadap pesan yang dibawa? Ironisnya, kedua hal ini seringkali tidak mau dikawinkan. Kadang jika kita terlalu fokus ke kuantitas, kualitas menjauh, dan begitu sebaliknya.

Tinggal kita saja yang mesti memilih dengan mempertimbangkan mana yang lebih baik dari keduanya itu. Boleh jadi satu diantaranya atau boleh jadi satu diluar kedua-duanya. Tetapi yang jelas saat kita mulai beranjak mempertanyakan apa yang selama ini mapan kita fikirkan semisal perkara diatas, kita sebenarnya telah memulai memberikan stimulus yang sehat untuk fikiran kita sehingga dia tidak mentok dan meracuni dirinya sendiri.

Malaysia, 27 April 2020

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done