Bebas (Ramadhan covid-19_05) - Amaq Solah
News Update
Loading...

Wednesday, April 29, 2020

Bebas (Ramadhan covid-19_05)



Saya teringat dengan kata Stuart Hall seorang ahli ilmu sosial bahwa judgment seseorang tergantung daripada idiologi yang dianut. Sebuah teori tidak selamanya benar. Tetapi jika diperhatikan dengan seksama, dalam praktik-praktik kehidupan banyak kita temui bahkan bisa jadi terjadi pada diri kita. Jika anda menganut salah satu pemahaman dalam teologi islam misalnya, bisa jadi apa yang anda yakini itu akan mempengaruhi judgment-judgment anda yang kemudian melahirkan bagaimana anda bersikap dan bertindak.

Anggap saja anda seorang Jabariyah. Bisa jadi dalam mengambil keputusan anda terkesan lembek, tidak memiliki daya upaya, dan menyerahkan begitu saja tanpa berusaha mengintervensinya. Ini karena sejak dalam idiologi anda merasa bahwa semuanya sudah diatur Tuhan tanpa campur tangan manusia. Free will atau kehendak bebas manusia itu tidak ada, yang ada adalah kehendak Tuhan. 

Lawannya adalah Qadariyah yang mempercayai sebaliknya bahwa manusia memiliki free will atau kehendak bebas. Manusia sejak sempurna diciptakan telah diberikan kebebasan yang penuh menentukan hidupnya. Bisa jadi dalam praktiknya anda lebih terkesan bekerja keras tidak mudah menyerah karena jika anda menyerah anda sendiri yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa anda.

Dengan menyebutkan keduanya bukan berarti saya hendak membandingkan mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk. Karena seburuk atau sebaik apapun sesuatu sudah pasti ia memilki suatu nilai yang bisa diambil dan tidak bisa diambil. Bahkan jika itu pemahaman yang mencoba menarik diri ke posisi tengah semisal Asy-Ariyah yang menganggap bahwa free will dari manusia ada tapi di saat yang bersamaan peran Tuhan juga tidak bisa dihindari.

Pemahaman-pemahaman itu adalah contoh saja dari beberapa idiologi yang berasal dari ajaran teologi. Bisa jadi prinsip-prinsip itu terbentuk bukan bersumber dari ajaran teologi (meski mungkin apapun bentuknya secara sifat ia tidak langsung merujuk kepada pembagian pemahaman itu sendiri) tetapi terbentuk dengan sendirinya saat kita mulai melihat dunia. Lalu dunia di sekeliling kita mempoles kita untuk memiliki sudut pandang dalam melihatnya. Sehingga dengan sendirinya ia akan membentuk cara-cara kita bertindak atau bersikap.

Seorang kawan saya sebut saja si A adalah seorang yang kreatif dan produktif. Karena jarang sekali dalam hidupnya saya temukan ia tidak menghasilkan karya. Padahal orangnya kelihatannya agak alon-alon tidak terlihat ia diburu target apapun. Sebaliknya ada kawan saya yang lain sebut saja si B tampak sibuk sekali tetapi malah tak nampak ada karya-karya yang bisa dihasilkan. Sebelumnya saya mengira ini faktor bawaan saja, tetapi ternyata setelah lama bergaul dengan keduanya dan saya sering mengunjunginya, lingkungannyapun kebanyakan memiliki karakter seperti mereka.

Mencoba menelaah realitas realitas ini dan mencoba menarik simpul-simpulnya mungkin saja akan membuat kita sedikit memahami realitas diri sendiri. Tetapi sesungguhnya bagi saya sendiri, hal yang mungkin lebih esensi dari semuanya adalah justru ketika kita mampu melepas fikiran-fikiran ini untuk senantiasa bebas di tengah hutan belantara layaknya mahluk-mahluk liar di dalamnya yang dengan kebebasannya menjelajah rimbunnya pepohonan dan luasnya hutan sehingga menjadikannya lebih sehat, kuat dan lebih hidup., hidup dalam arti yang sesungguhnya.

Mungkin pada satu titik ia tak sengaja berada pada satu pemahaman atau idiologi yang dengannya ia terpengaruh. Namun pada saat yang sama keberadaannya pada titik tertentu itu adalah satu pencapaian dari perjalanannya menjelajah rindangnya hutan dan mengarungi luasnya lautan Tuhan.

Malaysia, 28 April 2020

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done