Kontemplasi (Ramadhan Covid19_03) - Amaq Solah
News Update
Loading...

Monday, April 27, 2020

Kontemplasi (Ramadhan Covid19_03)



Biarpun covid-19 bukanlah ide yang membuat kita bertekuk lutut mengakui kebenaran-kebenaran, tetapi secara sunnatullah ia telah menjadi penyebab kita menjalani kondisi alamiah kita saat ini. Sebuah kondisi yang mengaktifkan kemampuan bertahan alamiah kita. Sehingga sangat wajar dan logis jika keputusan berdiam diri dan menjalani karantina diri dilakukan jika memang itu bagian daripada proses alamiah itu. Adapun konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti kemudian menjadi bahan yang pantas untuk berfikir dan berbincang, dan ini memang pantas.

Mungkin dalam konteks ini saya ingin mengatakan bahwa salah satu prosesnya adalah membincang apa yang terserak dari segala sisi termasuk salah satunya dari ilmu hikmah, baik agama ataupun filsafat. Membahas ini hanya dari sifat-sifatnya yang sementara seperti bagaimana ia membentur masalah isi perut manusia, memutus intrik-intrik yang tak pernah selesai, justru akan membuat kita gagal mendapatkan oleh-oleh yang paling berharga setelah pamitnya covid-19 ini dari muka bumi.

Oleh-oleh yang bisa jadi kita dapatkan dari wabah ini adalah bagaimana kita mulai mengatur langkah kita dengan penuh hati-hati untuk benar-benar menentukan cara kita memandang Tuhan kita. Bisa saja melalui penghayatan yang penuh akan keterpautan kita dengan alam, yang menjadi bagian ciptaanNya. Bahwa mungkin selama ini kita terlalu congkak merasa empunya sehingga dengan bebas untuk mengeksploitasi. Atau yang paling parah adalah saat kita merasa percaya diri melakukannya karena dalam diri sudah ada embel-embel titah Tuhan.

Apa jadinya? Selalu saja kemudian semuanya berakhir dengan ketidakberdayaan. Mati adalah bukti paling tulen dari ini. Sebelum itu terjadi, untuk itulah pesan-pesan itu dikirim agar kita mau menggunakan fakultas-fakultas yang ada pada diri kita untuk mengenalNya. Akal dan fikiran salah satunya. Tapi masalahnya, fakultas itu telah lama kita non-aktifkan semenjak kita merasa selalu benar terhadap semua hal. Perlahan kita membuat ironi dengan selalu melantunkan munajat agar diberikan petunjuk jalan yang lurus (ihdinasshiratalmustaqim) padahal pada saat yang sama kita merasa tak da cacat cela dalam diri kita.

 Maka dari itu, penggunaan akal secara sehat adalah cara terbaik menghargai diri kita sendiri. Caranya tidak terlalu sulit, cukup merasa seperti yang dikatakan filsuf Socrates “I know nothing”, “aku tidak tahu apa-apa”, “ndarak taok tiang” dalam bahasa sasak.  Sebuah perkataan yang akan membuka ruang kita bertanya dan menguliti diri sendiri. Namun tentu harus terbangun dari kesadaran bahwa memang kita terbatas.

Ini pula yang banyak dilakukan oleh ahli-ahli hikmah dalam kontemplasinya menemukan hakikat demi hakikat. Perbedaannya, mereka bersusah payah menepi dari keramaian dunia yang selalu mengalihkan perhatian mereka, sedangkan kita, kesempatan serupa datang bersamaan dengan tibanya si covid-19. Tetapi apa daya, dunia terlalu molek bagi kita sehingga kita rela mati hanya untuk terus menghiasnya agar ia enak kita pandang sampai dengan sendirinya kita tak bisa memandangnya lagi.

Dengan dalih mempermudah urusan pencarian hakikat-hakikat, kita terus memolek dunia itu dengan menciptakan hal-hal baru. Sehingga secemerlang apapun kesempatan yang diberikan Tuhan untuk kontemplasi takkan cukup kuat menahan kita dari kemolekan dunia. Puasa setiap tahun datang memberikan kesempatan kita berkontemplasi memperhalus nurani kita, insting ilahiah kita, tetapi ia tetap gagal. Sekarang malah ia datang bersama teman otoriternya bernama covid-19 yang dengan tangan besinya memberikan dua pilihan jika tak patuh, mati atau menepi.

Puasa yang beresensikan kesendirian plus covid-19 yang berkarakter kesendirian pula, tak cukup membuat kita memulai masa-masa kontemplasi kita. Ini wajar, dunia yang kita solek sudah terlalu indah untuk ditinggalkan. Melalui urat nadi bernama sosial media dan kawan-kawannya, darah-darah kecintaan dunia kita selalu mengalir dalam diri kita. Sehingga ruang-ruang sunyi yang dibawakan ramadhan dan covid-19 menjadi semu. Antara ada dan tiada, malah mungkin sudah tidak ada.

Saya tidak coba merasa pura-pura tidak tahu bahwa sosial media semisal facebook, instagram, twitter, dll bisa menjadi mata pisau yang lain yang lebih bermanfaat daripada digunakan untuk menusuk orang. Tapi coba saja bandingkan, dalam kehidupan sehari-hari mana yang lebih banyak kita perbuat, apakah memotong sayur mayur atau menusuk orang (dan menusuk diri sendiri)?

Lagi-lagi semuanya kembali ke kita. Dalam hal pisau bernama sosial media ini, saya saja-yang setiap hari mengkajinya sebagai tuntutan tanggung jawab studi master saya yang fokus ke media dan komunikasi-seringkali terjebak menjadi kontraproduktif. Apalagi orang yang sedari awal tidak punya tujuan jelas menggunakannya, mungkin akan seperti pisau yang dibumbuhi racun.

Sebagai penutup, demi menuju ke pertautan esensi dari puasa dengan wabah covid-19, mungkin bukanlah sebuah omong kosong jika sesekali kita memilih jalan yang lebih ekstrim semisal melepas hal-hal yang berpotensi sebagai gangguan-gangguan. Ini jikalau kita sudah merasa putus asa dalam berlaku adil dan tidak zalim terhadap diri sendiri.

Malaysia, 26 April 2020

Share with your friends

Give us your opinion

1 comments

Merkur Review 2020 | DFS, EVOLUTION
Merkur is a 메리트카지노총판 great brand to enjoy in its home country, where they have all sorts 메리트카지노 of promotions. It's a great and trusted product, and it is all  Rating: 9.6/10 · ‎Review 샌즈카지노 by OddsShark

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done