Daring tak seindah "face to face" (Ramadhan Covid-19_07) - Amaq Solah
News Update
Loading...

Saturday, May 2, 2020

Daring tak seindah "face to face" (Ramadhan Covid-19_07)



Sampai detik ini saya masih saja merasa perjumpaan secara langsung belum bisa tergantikan oleh perjumpaan secara daring. Dalam sebuah teori komunikasi, ada istilahnya ‘noisy’ dalam proses komunikasi. ‘noisy’ ini adalah gangguan-gangguan yang bisa terjadi selama proses kemunikasi berlangsung, atau bisa juga dikatakan sebagai penghambat terjadinya proses komunikasi menjadi maksimal dan ideal. Ada empat kategori gangguan dalam komunikasi diantaranya adalah semantik, fisikal, psikologikal, fisiologikal.

Keempat ‘noisy’ tersebut saya rasa menjadi semakin dalam saat komunikasi dipaksa terjadi melalui channel yakni media online seperti yang tersedia hari ini semacam meet, zoom, dan teams. Meski fasilitas yang disediakan oleh aplikasi ini cukup memenuhi secara subtansi apa yang kita butuhkan semacam menu persentase, audio video on/off untuk efektifitas berbicara dan sebagainya, tetap saja ada sesuatu yang hilang dan berbeda dibanding dengan bertemu secara langsung.

Bayangkan saja, saat komunikasi terjadi secara langsung saja masih banyak kita yang gagap untuk melakukan penetrasi dengan konteks lawan bicara kita, padahal subyek secara total ada di depan mata. Anggap saja ‘noisy’ secara fisiologikal terjadi. Seseorang misalnya mengidap kecacatan pada anggota tubuhnya hingga ia tidak bisa menyampaikan pesan secara lebih jelas dan makna tidak bisa diterima dengan baik oleh lawan bicaranya. Tetapi jika itu dilakukan secara ‘face to face’ mungkin saja ada usaha lebih untuk berinteraksi paling tidak dengan saling memahami gangguan tersebut.

Bagaimana bila proses komunikasi itu terjadi secara online? Kalaupun kita bisa lihat ‘noisy’ yang ada dalam percakapan kita itu, belum tentu kita akan mampu memahami sedalam kita memahami lawan bicara kita secara langsung. Ini sekali lagi dikarenakan ketidaksempurnaan kehadiran subyek. Ini masih soal ‘noisy’ yang notabenenya indrawi, bagaimana jika ‘noisy’nya adalah psikologikal? Jika kita berhadapan langsung, mungkin kita akan bisa merasakan apa yang terjadi dengan suasana hati dari lawan bicara sehingga komunikasi kita cendrung mentok, misalnya. Merasakan bisa dari melihat gesturnya, mimiknya, dan sikapnya. Pertanyaannya, mungkinkah tingkat pemahaman ini akan sama jika ini berlangsung secara daring? Saya sepenuhnya tidak yakin.

Inilah yang banyak saya saksikan selama belajar daring. Anda bisa melakukan apapun sembari kelas berlangsung kecuali anda yang punya giliran persentase. Apapun disini termasuk pergi mandi, tidur-tiduran, makan, chatingan, dan sebagainya. Tidak ada sepanjang sejarah hidup manusia cara belajar yang paling lues atau dalam bahasa gaulnya ‘santuy’ seperti yang terjadi hari ini. Bahkan tidak ada sepanjang sejarah hidup manusia proses belajar se-‘kurang ajar’ dan sekonyol hari ini dimana manusia bisa belajar dengan memakai jas sebagai atasan dan kolor sebagai bawahan pakaiannya!

Pertanyaannya, apakah keleluasaan itu berbanding lurus dengan penyerapan ilmu selama kelas itu berlangsung? Pertanyaan ini bisa saja sekaligus menjadi jawaban untuk mengatakan keduanya sungguh tidak berbanding lurus!

Gambaran ini bukanlah sekedar dongeng, tetapi ini nyata menimpa saya dan kawan-kawan saya yang lain (dan saya duga anda juga). Meski pada akhirnya tetaplah belajar sendiri adalah metode alternatif paling ampuh untuk mencapai pemahaman materi setiap kelas yang kami ikuti. Namun disini bukan itu yang hendak saya bahas. Yang ingin saya sampaikan lebih kepada bagaimana sesungguhnya kehadiran diri subyek secara utuh dalam komunikasi jauh lebih baik dibandingkan dengan melalui medium daring.

Saya tidak bermaksud meremehkan (underestimate)  kemampuan inovasi manusia. Mungkin saja kedepannya keterbatasan media dalam membantu proses komunikasi akan semakin canggih dan mampu menyamai kesan ‘face to face’. Penggunaan teknologi hologram misalnya tidak lagi menjadi bahan cerita dalam film-film sains fiksi seperti di difilm infinity war avenger (marvel studio). Teknologi ini sudah banyak dipakai dan sampai saat ini terus dikembangkan agar lebih sempurna menjadi media komunikasi interaktif personal ataupun konferensi, persis sama seperti di Avanger itu.

Saya membayangkan pada tahun-tahun kedepannya ketika si covid-19 telah berlalu, proses komunikasi melalui media daring akan lebih sering terjadi lebih dari sebelum kedatangannya. Artinya kita akan tetap menanti penemuan-penemuan yang bisa menggantikan secara lebih baik dan sempurna proses komunikasi secara langsung kita. Baik itu dalam bentuk hologram ataupun yang lainnya yang kita tidak tahu. Pada saat yang sama, ini berarti kita akan tetap bergantung kepada kerja-kerja ilmuan untuk itu, sama seperti kita bergantung kepada mereka untuk menemukan obat covid-19 saat ini.

Malaysia, 30 April 2020

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done