Demokrasi dan Media Baru (Ramadhan Covid-19_09) - Amaq Solah
News Update
Loading...

Wednesday, May 6, 2020

Demokrasi dan Media Baru (Ramadhan Covid-19_09)



Begitu banyak hal yang bisa dikaji dari kejadian wabah covid-19 ini. Ini jika kita mau menggunakan nalar kritis kita yang dicirikan dengan, “being sceptical about information, testing it, checking its provenance”, skeptis sama informasi, mengujinya lalu mengecek dengan teliti sumber-sumbernya (Joe Humpreys.2020). Dari penggunaan fakultas kritis yang kita punya ini, akan lahir kesadaran-kesadaran terhadap realitas kemudian dengannya kita memiliki persepsi yang kuat terhadap fenomena. Dengannya  pula kita mampu mengevaluasi apa yang benar-benar kita butuhkan.

Salah satu hal yang bisa kita amati ialah bagaimana peningkatan secara signifikan media informasi yang mempermudah perbincangan yang melibatkan orang banyak. Kita sadar hal ini menjadi popular oleh kehadiran wabah covid-19 ini. Dimana interaksi secara langsung sangat  dibatasi padahal aktifitas mesti tetap dilanjutkan. Maka tiada pilihan lain selain menghadirkan media yang mampu menfasilitasi aktifitas itu tetap berjalan. Jawabannya ya teknologi media komunikasi, diantaranya adalah zoom, meets, teams.

Sejauh ini penggunaan aplikasi tersebut meningkat pesat. Contoh nyata adalah peningkatan jumlah pemakaian zoom hingga 200 juta pengguna perhari. Sebuah angka yang sangat fantastis walaupun sempat diterpa isu keamanan data. Untuk aplikasi yang lainnya seperti meets, dan teams, meski tidak sama percepetan jumlah penggunanya, namun tidak diragukan lagi bahwa keduanyapun mendapatkan dampak yang sama.

jika pada tulisan sebelumnya saya sempat menyinggung bahwa aplikasi apapun yang sudah diciptakan yang saat ini digunakan-seperti zoom dan kawan-kawannya itu- belum mampu menyamai keefektifan bertemu langsung. Maka dalam tulisan ini saya ingin sedikit menyinggung bagaimana media menjadi indicator perkembangan sistem demokrasi. Tentu dengan anggapan bahasan ini hanya menyinggung aspek yang sangat mikro dalam studi tersebut.

Kita tidak bisa menyangkal lagi bagaimana media baru yang kita gunakan hari ini telah memberikan kita akses yang begitu luas dan menjadikan kita lebih egalitarian. Semenjak adanya aplikasi ini, sekat-sekat komunikasi semakin lebih fleksibel. Proses-proses yang lebih bersifat prosedural tereduksi. Dulu untuk satu forum yang memungkinkan kita bertemu dan berbicara secara langsung dg seorang pejabat, mesti melalui protokel yang ketat. Hari ini, kita bisa satu forum dengan sangat mudah berkat media baru itu.

Tanpa bermaksud apriori, pengaruh media semacam ini bukan hal yang baru. Platform-platform lain semisal facebook, Twitter, dan, whatsapp sudah lama menjadi media menggunakan hak menyampaikan pendapat yang lebih bebas. Namun kita harus akui bahwa kecenderungan platform tersebut masih terbatas oleh waktu yang membuat pilihan komunikasi menjadi cenderung one way communication. Anda bisa saja men-Direct message akun seorang tokoh, misalnya. Tetapi jangan berharap akan ada balasan langsung (baik itu dibalas olenya ataupun adminnya).

Tetapi dengan kehadiran aplikasi zoom, dll, kita dengan mudah bisa berhadapan langsung dengan tokoh-tokoh publik itu. Komunikasi yang terjadi lebih two-ways. Jika kita mengajukan pendapat dan bertanya, tidak ada pilihan (karena keterbatasan waktu) untuk mereka tidak menjawab dan menanggapi kita. Beberapa waktu lewat, kawan saya bisa satu forum dengan tokoh hebat seperti pak Quraish-Shihab, Tuan Guru Bajang, dan ahli-ahli tafsir lainnya. Saya sendiri beberapa kali satu forum dengan tokoh-tokoh politik semisal Hidayat Nur Wahid dari PKS dan Tsamara Amani dari PSI, serta tokoh-tokoh politik lainnya.

Bukan bermaksud berbangga-bangga dengan mereka, justru inilah wujud ketimpangan komunikasi kita dengan mereka selama ini. Artinya, walau kita sudah menganut sistem demokrasi lebih dari dua dekade, hak bersuara yang lebih egalitarian baru terjadi saat ini, saat datangnya teknologi media terbaru. Ini sebuah ironi bagi kita karena mesti menunggu adanya bantuan media barulah itu wujud. Jangan sampai ini menjadi indikator kegagalan tokoh-tokoh itu sendiri mempraktikkan visi demokrasi dalam konteks komunikasi, selama ini.

Tetapi sebagai gambaran, dalam aplikasi itu bisa saja terjadi blunder. Saat kemudahan akses-akses yang tersedia pada aplikasi itu telah memudahkan kita bersuara, maka pada beberapa menu justru berpotensi berfungsi sebagai neo-protokeler. Pengadaan ID dan Password adalah contohnya. Jika aksesnya diberikan kepada pihak-pihak tertentu, sudah dipastikan pola komunikasi kita akan blunder. Malah neo-protokoler itu menjadi semakin nyata jika prosedur diskusi daring itu mesti menunggu restu dari seseorang yang ditunjuk memegang otoritas untuk itu.

Saya tidak menafikan jika memang situasi forumnya menuntut untuk itu semisal forum-forum akademik yang memang aksesnya terbatas pada kalangan tertentu. Tetapi forum-forum dimana rakyat berhak tahu dan bisa menyampaikan aspirasinya, saya fikir neo-protokoler itu perlu disingkirkan.

Malaysia, 02 Mei 2020


Share with your friends

Give us your opinion

1 comments

MGM Resorts Casino Hotel, Las Vegas - MapYRO
Find MGM Resorts Casino Hotel, Las Vegas, NV, United States, ratings, 속초 출장샵 photos, prices, expert advice, traveler reviews and tips, and more 서울특별 출장샵 information from Location rating: 8.1Nearest airport: McCarran International Airport Distance to airport: 2.5 miNearest airport: Wynn Las Vegas Rating: 8.8/10 · ‎2,523 reviews 나주 출장샵 · ‎Price range: 상주 출장마사지 room rates from 동해 출장마사지 $180 per night (USD) - We Price Match!

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done