Mana yang lebih dahulu, menikah atau berkarir? - Amaq Solah
News Update
Loading...

Friday, March 24, 2023

Mana yang lebih dahulu, menikah atau berkarir?

 

Foto: Dokumentasi Pribadi

Pertanyaan ihwal mana yang lebih didahulukan antara menikah atau melanjutkan karir banyak sekali terlontar dari anak-anak muda terutama yang masih berada di bangku perkuliahan. Tidak sedikit diantara mereka yang menuangkan unek-uneknya itu kepada saya pribadi. Pertanyaan itu merupakan bentuk keresahan mereka terhadap ketidakpastian akan masa depan yang akan mereka hadapi. Beberapa dari mereka menganggap bahwa memiliki pekerjaan yang layak, punya penghasilan yang cukup dan bisa saving adalah pilihan terbaik. Sebaliknya, sebagian lagi berfikir dengan berbagai alasan bahwa menikah jauh lebih baik daripada harus berkarir terlebih dahulu.

Kenyataannya, hidup tidak sesederhana membuat dua pilihan biner seperti itu. Hidup itu kompleks dan kita mempunyai permasalahan yang berbeda-beda satu sama lain, yang sebenarnya kita sendirilah yang lebih memahami permasalahan diri kita. Namun sebelum lanjut untuk mengomentari masalah itu, perlu diperhatikan bahwa perasaan ketidakpastian, kebimbangan, dan kehampaan seperti itu merupakan bentuk dari salah satu fase kehidupan yang biasa disebut oleh para psikolog sebagai “Quarter Life Crisis”. Untuk lebih memahami istilah ini, anda bisa “Googling” sendiri.

Lanjut, bagi saya pribadi, pilihan antara menikah dan berkarir dulu tidak tepat jika dibenturkan. Keduanya merupakan fase yang natural atau dalam istilah agama adalah “sunnatullah” yang memang akan selalu kita hadapi. Membenturkan keduanya berarti menihilkan salah satu fitrah hidup kita sebagai manusia. Tidak ada yang lebih penting dari yang lain. Keduanya hanyalah soal waktu dan kesempatan. Jika pada suatu waktu kita mempunyai kesempatan untuk menikah dan jalannya terbuka[1], maka alangkah lebih baiknya pilihan itu diambil bahkan jika anda masih menempuh studi sarjana anda.

Mungkin menurut anda pernyataan itu terlalu sembrono dan sikap seperti itu terlalu ceroboh. Jika dilihat dari kenyataan yang biasanya kita hadapi ketika berada pada fase itu, mungkin saja tuduhan sembrono dan ceroboh atas pernyataan itu benar. Tetapi ada kenyataan lain yang jarang anda sadari, bahwa pada fase itulah waktu terbaik anda membangun komunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Mengapa bisa demikian?

Pertama, circle terbaik menjalin hubungan adalah semasa berada di bangku perkuliahan. Anda akan bertemu banyak orang yang rata-rata sama dengan anda, masih muda dan belum menikah. Hal ini memungkinkan anda punya kesempatan memilih dan saling mempelajari kecocokan satu sama lain yang lebih besar. Anda tidak harus tergesa-gesa untuk memutuskan ke jenjang pernikahan, namun yang saya tekankan di sini adalah anda harus terbuka akan adanya kemungkinan anda menjalin kedekatan dengan orang lain. Jika anda cukup beruntung menemukan yang se-frekuensi, anda akan mudah membuat proyeksi masa depan kapan harus komitmen ke jenjang yang lebih serius seperti pernikahan.

Namun, seringkali dengan alasan fokus belajar, beberapa orang menutup diri dan tidak mau memberikan kesempatan bagi dirinya menjalin kedekatan dengan orang lain semasa di bangku perkuliahan. Padahal ketika berada di dunia kerja, circle-nya akan terbatas pada lingkungan bekerjanya saja, yang kebanyakan adalah sudah menikah atau setidaknya sedang menjalin hubungan dengan orang lain.

Selain itu, kesibukan bekerja yang menuntut anda untuk fokus dan professional seringkali menyita perhatian anda secara berlebihan. Hal ini akan menimbulkan efek psikologis bagi anda dalam hal memulai hubungan dengan orang lain. Tidak sedikit yang saya temukan gagap memulai hubungan setelah berada di dunia kerja disebabkan oleh salah satunya ketidaknyamanan untuk basa-basi. Dunia kerja yang keras telah menghabiskan energi dan waktu mereka sehingga mereka menganggap basa-basi hanya menyia-nyiakan waktu mereka.

Padahal sebuah hubungan lebih-lebih hubungan asmara selalu dimulai dengan basa-basi. Sayangnya orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka seringkali menganggap basa-basi terlalu kekanak-kanakan. Tetapi yang mereka lupa, tidak ada kisah cinta yang tidak dimulai dengan sikap kekanak-kanakan. Anda harus selalu siap bersikap demikian jika ingin memulai sebuah kisah asmara anda. Sikap itu juga hanya bisa terbentuk dengan adanya antusiasme untuk saling mengenal, dan ini sangat mungkin terjadi ketika anda masih berada pada circle besar seperti dunia perkuliahan.

Kedua, rentang usia 21 hingga 25 tahun adalah rentang usia dimana semester-semester akhir ditempuh hingga perkuliahan baru saja usai. Dalam rentang ini, pengalaman di bangku perkuliahan cukup menjadi bekal untuk memasuki kehidupan yang nyata yang membutuhkan fikiran yang cukup matang. Bukan hanya itu, pada rentang itu kita juga mengalami masa-masa puncak produktif secara biologis terutama bagi perempuan. Jika anda menemukan pasangan yang membuat anda nyaman bukan hanya secara emosional tetapi juga secara fikiran, maka bisa jadi itu pertanda bahwa menikah adalah jalan terbaik bagi anda berdua untuk menggapai kesuksesan di masa depan.

Tidak sedikit figur-figur yang dianggap sukses menikah pada rentang usia itu. Sebut saja salah satunya seperti Najwa Shihab. Dia menikah diusia bahkan lebih muda dari rentang usia minimal yang saya sarankan yakni di usia 19 tahun. Sebagian anda mungkin akan mengintrupsi, “Itu kan karena dia anak orang berada!”. Anda lupa kalau banyak anak orang kelas menengah dan menikah diusia muda tetapi kandas juga di tengah jalan. Anda juga mungkin lupa kalau banyak orang yang miskin tetapi tetap langgeng dan malah bisa menjajaki tangga kesuksesan bersama.

Artinya apa? Titik tekannya ada di ekosistem rumah tangga. Ekosistem yang baik akan menghasilkan masing-masing pribadi diantara kedua pasangan akan tangguh menghadapi segala macam badai rumah tangga. Jika ekosistem rumah tangga suportif, maka tidak ada ujian yang tidak bisa dihadapi bersama. Najwa tidak mungkin sesukses hari ini jika tidak didukung oleh suami yang suportif. Sebaliknya bagaimanapun banyak harta dan kasih sayang orang tua anda, tetap saja akan berakhir dengan kegagalan jika anda dan pasangan anda gagal membangun ekosistem baik.

Ekosistem ini sendiri terbentuk dari kenyamanan anda secara emosional dan fikiran ketika menjalin hubungan di fase pra-nikah. Kenyamanan ini tidak mungkin akan terbentuk jika tidak melalui pintu perkenalan. Perkenalan hanya mungkin terjadi jika anda tidak menutup peluang mendekati atau didekati oleh orang lain. Kecuali kalau anda menganggap pernikahan itu sendiri tidak penting dalam hidup anda, maka mungkin ulasan-ulasan di atas tidak perlu diuraikan.



[1] Disclaimer: sasaran tulisan ini adalah mereka yang berusia 20 tahun ke atas atau tengah menempuh studi sarjana

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done